TUGAS ENDOKRINOLOGI
REPRODUKSI
MOLECULAR BIOLOGY AND REPRODUCTIVE SCIENCES
NIM : 142033202013
`
PASCA SARJANA KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS PADANG
TA. 2015/2016
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah
SWT yang maha pengasih dan penyayang yang telah memberikan rahmat, hidayah dan
inayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
tentang “Molecular biology and reproductive sciences”.
Makalah ini merupakan salah satu tugas yang di berikan
kepada penulis dalam rangka meningkatkan pemahaman terhadap mata kuliah “Endokrinologi Reproduksi”. Penulis mengharapkan
dengan adanya makalah ini, dapat menjadi
energi teleologis dalam penunjang pemahaman akan pentingnya pengetahuan
tentang Endokrinolgi reproduksi.
Akhirnya, penulis menyadari dalam penulisan makalah ini jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis menerima kritik dan saran yang menbangun agar
penyusunan makalah selanjutnya menjadi lebih baik.
Wassalamu’alikum Wr. Wb.
Padang, 22 Agustus 2015
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Biologi molekul
merupakan salah satu cabang biologi yang merujuk kepada pengkajian mengenai kehidupan
pada skala molekul. Endokrinologi merupakan
ilmu mengenai hormone endokrin dan organ-organ yang terlibat dalam pelepasan
hormone endokrin. Secara klasik, hormone dideskripsikan sebagai penyampaian
pesan (messenger) kimiawi yang dilepaskan dan bekerja pada lokasi yang jauh
dari tempat pelepasannya.
Hormon
bersifat esensial untuk mempertahankan fungsi fisiologis yang normal dan gangguan
hormonal muncul pada semua tahap kehidupan manusia. Dengan demikian diketahui
pentingnya mempelajari endokrinologi karena dengan mempelajarinya maka kita
dapat mengatasi dan merawat pasien pada segala usia dengan berbagai jenis
gangguan yang berhubungan dengan endokrin.
Dalam
makalah ini akan dibahas tentang tentang molecular
biology and reproductive sciences. Di sini kita meninjau pemahaman kita tentang biologi molekuler serta ilmu-ilmu reproduksi berkaitan dengan
endokrinologi,
1.2 Tujuan
Mengetahui
tentang molecular biology and reproductive sciences.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Molecular Biology
2.1.1 Pengertian
Biologi molekular atau biologi molekul
merupakan salah satu cabang biologi yang merujuk kepada pengkajian mengenai kehidupan pada skala molekul. Ini termasuk penyelidikan tentang interaksi molekul dalam benda
hidup dan kesannya, terutama tentang interaksi berbagai sistem dalam sel, termasuk interaksi DNA, RNA, dan sintesis protein, dan bagaimana interaksi tersebut diatur. Bidang ini bertumpang
tindih dengan bidang biologi (dan kimia) lainnya, terutama genetika dan biokimia.
Biologi molekular adalah studi biologi pada tingkat molekuler. Bidang ini bertumpang
tindih dengan bidang biologi dan kimia, terutama genetika dan biokimia. Biologi
molekuler terutama berkutat memahami interaksi antara berbagai sistem sel,
termasuk interaksi antara DNA, RNA dan protein biosintesis dan juga belajar
bagaimana interaksi ini diatur.
Biologi Molekuler adalah cabang dari ilmu biologi yang memfokuskan kajiannya dalam
bidang makromolekul, lipid, protein dan
komponen molekul lain dari sel.
Istilah biologi molekular pertama kali dikemukakan oleh William
Astbury pada tahun 1945. Pengertian biologi molekular pada saat ini merupakan
ilmu yang mempelajari fungsi dan organisasi jasad hidup (organisme) ditinjau
dari struktur dan regulasi molekular unsur atau komponen penyusunnya.
Perkembangan ilmu biologi molekular tidak dapat dipisahkan dengan berbagai macam disiplin ilmu-ilmu yang lain
seperti biologi sel, genetika, biokimia, kimia organik, dan biofisika.
Pada dasarnya ilmu-ilmu tersebut mempelajari satu subjek yang sama
yaitu mahluk hidup, namun dengan pendekatan dan sudut pandang yang berbeda.
Makhluk hidup yang menjadi objek dalam biologi molekular meliputi dua kelompok
besar yaitu organisme selular dan organisme nonselular.
Organisme selular tersusun atas satuan atau unit yang disebut sel.
Sel mempunyai komponen subselular dan organel yang terorganisasi dalam
satu-kesatuan yang holistik. Contoh dari organisme seluler meliputi bakteri,
jamur, tumbuhan, hewan dan manusia. Sementara organisme nonselular meliputi
prion, viroid, dan virus.
Meskipun sebagai cabang ilmu pengetahuan tergolong relatif masih
baru, biologi molekuler telah mengalami perkembangan yang sangat pesat semenjak
tiga dasawarsa yang lalu. Perkembangan ini terjadi ketika berbagai sistem
biologi, khususnya mekanisme alih informasi hayati, pada bakteri dan
bakteriofag dapat diungkapkan. Begitu pula, berkembangnya teknologi DNA
rekombinan atau dikenal juga sebagai rekayasa genetika, pada tahun 1970-an
telah memberikan kontribusi yang sangat besar bagi perkembangan biologi
molekuler. Pada kenyataannya berbagai teknik eksperimental baru yang terkait
dengan manipulasi DNA memang menjadi landasan bagi perkembangan ilmu ini.
2.1.2 Metode-metode dasar yang digunakan dalam biologi molekular
Dalam mempelajari biologi molekular, pada hakikatnya akan berkaitan
dengan analisis makromolekul. Analisis makromolekul tersebut dapat dilakukan
dengan berdasarkan atas
reaksi atau dengan mempelajari struktur fisiknya. Beberapa metode yang
digunakan dalam studi biologi molekular antara lain penggunaan radioisotop,
sentrifugasi dan elektroforesis :
A.
Radioisotop
Isotop adalah elemen-elemen kimia yang mempunyai jumlah proton yang
sama di dalam inti atomnya, tetapi massa atomnya (jumlah proton dan neutron) berbeda. Beberapa isotop bersifat labil dan
mengalami peluruhan secara spontan yang kadang-kadang diikuti oleh penyebaran
radiasi elektromagnetik. Atom-atom yang memiliki sifat demikaian dinamakan sebagai
radioisotop. Penggunaan radioisotop untuk mendeteksi hasil suatu reaksi kimia
terdiri dari autoradiografi dan penggunaan alat seperti Geiger-Muller counter
atau scintillation counter.
B. Sentrifugasi
Sentrifugasi digunakan untuk fraksionasi sel atau pemisahan
bagian-bagian sel atau organel dan juga pemisahan molekuler. Prinsip
sentrifugasi berdasarkan atas fenomena bahwa partikel yang tersuspensi di dalam
suatu wadah (tabung) akan mengendap ke dasar wadah karena pengaruh gravitasi.
Laju pengendapan akan dipercepat dengan alat sentrifuge dengan cara diputar
dengan kecepatan tinggi.
C.
Elektroforesis
Elektroforesis merupakan suatu metode pemisahan molekular selular
berdasarkan ukurannya dengan menggunakan medan listrik yamg dialirkan pada
suatu medium yang mengandung sampel yang akan dipisahkan. Teknik ini dapat
digunakan untuk menganalisis DNA, RNA, maupun protein.
2.1.3 Hubungan dengan ilmu-ilmu biologi lainnya
Para peneliti biologi molekular menggunakan teknik-teknik khusus
biologi molekular, namun kini semakin memadukan tersebut dengan teknik dan
gagasan-gagasan dari genetika dan biokimia. Tidak ada garis yang jelas antara
disiplin ilmu ini.
- '' Biokimia '' adalah studi zat kimia dan proses penting yang terjadi dalam organisme hidup. Ilmuwan fokus berat pada peran, fungsi, dan struktur biomolekul. Studi kimia di belakang proses-proses biologis dan sintesis molekul biologis aktif adalah contoh biokimia.
- '' Genetika '' adalah studi tentang efek perbedaan genetika pada organisme. Sering ini dapat disimpulkan oleh tidak adanya komponen normal (misalnya gen). Studi "mutan"-organisme yang kekurangan satu atau lebih komponen fungsional dengan menghormati apa yang disebut "wild type" atau normal fenotipe. Genetik interaksi (epistasis) dapat sering memalukan interpretasi yang sederhana seperti "knock-out" studi.
- '' Biologi molekuler '' adalah studi tentang dasar-dasar molekul proses replikasi, transkripsi dan translasi bahan genetik. Dogma sentral dari biologi molekuler di mana materi genetik ditranskripsi menjadi RNA dan kemudian diterjemahkan ke dalam protein, meskipun gambaran yang disederhanakan biologi molekular, masih menyediakan titik awal yang baik untuk memahami bidang.
2.1.4 Molecular Biology for Clinicians
Biologi molekuler adalah subspesialisasi ilmu yang ditujukan untuk
memahami struktur dan fungsi genom, yang lengkap DNA (asam desoxyribonucleic),
yaitu makromolekul yang berisi semua informasi turun-temurun.
A. The Chromosomes
Eukariota,
organisme dengan sel yang memiliki nukleus sejati yang dibatasi oleh membran
inti, dengan memperbanyak diri secara mitosis. Bakteri adalah prokariota,
organisme tanpa inti sejati, yang
bereproduksi dengan pembelahan sel. Dengan pengecualian dari DNA di dalam
mitokondria, semua DNA kami dikemas dalam inti yang dikelilingi oleh membran inti.
Kromosom
adalah paket materi genetik, yang terdiri dari molekul DNA (yang berisi banyak
gen) yang melekat sejumlah besar protein yang
mempertahankan struktur kromosom dan berperan dalam ekspresi gen. Sel
somatik manusia mengandung 46 kromosom, 22 pasang autosom, dan 1 pasang
seks kromosom. Semua sel somatik
diploid-23 pasang kromosom. Hanya gamet adalah haploid dengan 22 kromosom
autosom dan 1 kromosom seks. kromosom bervariasi dalam ukuran, dan semuanya
mengandung sebagian terjepit disebut sentromer, yang membagi kromosom tmenjadi
dua lengan. Dua anggota dari setiap pasangan autosom yang homolog, satu homolog
berasal dari masing-masing orangtua.
Sebuah
gen tunggal adalah unit DNA dalam kromosom yang dapat diaktifkan untuk menuliskan
RNA tertentu. Lokasi gen pada kromosom tertentu
ditunjuk lokus nya. Karena ada 22 pasang autosom, sebagian besar gen
yang ada dalam pasangan. Pasangan homozigot ketika sama dan heterozigot ketika
berbeda.
a.
Mitosis
Semua
eukariota, dari ragi ke manusia, mengalami pembelahan sel yang serupa dan
perbanyakan. Proses pembelahan inti di semua sel somatik disebut mitosis,
selama yang masing-masing kromosom
terbagi menjadi dua. Untuk pertumbuhan normal dan pengembangan, informasi
genomik seluruh harus setia direproduksi dalam setiap sel.
Tahap Pembelahan
Mitosis
1)
Profase
§ Kromosom mulai
bergelung, memendek, dan menebal.
§ Setiap kromosom
terdiri dari dua subunit sejajar (kromatid) yang saling menyatu pada
sebuah daerah menyempit milik bersama yang disebut sentromer.
§ Sepanjang masa
profase, kromosom terus menebal, menjadi lebih pendek dan lebih tebal.
Prometafase
§ kromatid menjadi
mudah dibedakan.
2)
Metafase
§ Kromosom berderet
pada bidang khatulistiwa dan bentuk rangkapnya jelas terlihat.
§ Masing-masing
dihubungkan oleh mikrotubulus (gelendong mitosis) yang keluar
dari sentromer ke sentriol.
3)
Anafase
§ Sentromer pada
setiap kromosom membelah, yang diikuti dengan migrasi kromatid ke kutub-kutub
gelendong.
4)
Telofase
§ kromosom
mengendorkan gelungannya dan menjadi panjang, selubung inti terbentuk kembali,
dan terjadi pembagian sitoplasma.
Setiap sel anak menerima separuh dari semua materi
kromosom yang telah berlipat dua tersebut mempertahankan jumlah kromosom yang
sama seperti sel induknya.
b.
Meiosis
Meiosis adalah pembelahan sel yang terjadi pada sel
germativum untuk menghasilkan gamet pria dan wanita, yaitu masing-masing sperma
dan sel telur. Meiosis memerlukan dua pembelahan sel yaitu meiosis I dan
meiosis II untuk mengurangi jumlah kromosom menjadi haploid 23.
Seperti pada mitosis, sel germativum pria dan wanita
(spermatosit dan oosit primer) pada awal meiosis I mereplikasi DNA mereka
shingga ke-46 kromosom tersebut digandakan menjadi sister chromatid. Namun, berbeda dengan mitosis, kromosom- kromosom
homolog kemudian bergabung membentuk pasangan-pasangan, suatu proses yang
disebut sinapsis. Pembentukan pasangan bersifat eksak dan titik demi titik
kecuali kombinasi XY. Pasangan-pasangan homolog kemudian berpisah menjadi dua
sel anak. Segera sesudahnya terjadi meiosis II yang memisahkan kromosom ganda
tersebut. Karena itu, setiap gamet mengandung 23 kromosom.
Pembelahan sel ini berlangsung
melalui dua tahap pembelahan tanpa melalui interfase, yang dikenal dengan
meiosis I dan meiosis II.
Meiosis I
Fase-fasenya meliputi:
1. Profase
- Leptonema, benang-benang kromatin menjadi kromosom.
- Zigonema, kromosom yang sama bentuknya atau kromosom homolog berdekatan atau bergandengan.
- Pakinema, setiap bagian kromosom homolog menganda, tetapi masih dalam satu ikatan.
- Diplonema, kromatid dari masing-masing belahan kromosom memendek dan membesar.
- Diakinesis, sentrosom membentuk dua sentriol yang masing-masing membentuk benang gelendong pembelahan.
2. Metafase
Tetrad berkumpul di bidang
ekuator.
3.Anafase
Benang gelendong pembelahan dari masing-masing
kutub menarik kromosom homolog sehingga setiap pasangan kromosom homolog
berpisah bergerak ke arah kutub berlawanan. Setiap kutub memperoleh campuran
acak kromosom dari ibu bapak.
4.Telofase
Kromatid memadat, selubung inti terbentuk, dan
nukleolus muncul lagi, kemudian sitokinesis berlangsung.
Meiosis II
Fase-fase dalam tahap pembelahan
meiosis II meliputi:
1. Profase
Sentrosom membentuk dua sentriol yang letaknya pada
kutub yang berlawanan dan dihubungkan oleh benang gelendong.
2. Metafase
Kromosom berada di bidang ekuator, kromatid
berkelompok dua-dua. Belum terjadi pembelahan.
3. Anafase
Kromosom melekat pada kinetokor benang gelendong,
lalu ditarik oleh benang gelendong ke arah kutub yang berlawanan yang
menyebabkan sentromer terbelah.
4. Telofase
Kromatid berkumpul pada kutub pembelahan lalu
berubah menjadi kromatin kembali. Bersamaan dengan itu membran inti dan anak
inti terbentuk kembali, dan sekat pemisah semakin jelas sehingga akhirnya
terjadilah dua sel anakan.
B. The structure and function of DNA
DNA atau asam deoksiribonukleat
adalah materi herediter pada manusia dan di hampir semua organisme lain. DNA
mengkode informasi genetik yang digunakan dalam pengembangan hampir semua
organisme hidup termasuk virus.
DNA sebagian besar terbuat dari
dua untai, digulung untuk membentuk heliks ganda. Untai DNA terbuat dari urutan
nukleotida. Nukleotida terdiri dari basa nitrogen, gula monosakarida dan gugus
fosfat. Nukleotida terhubung satu sama lain oleh ikatan kovalen antara gula dan
gugus fosfat, yang mengakibatkan tulang punggung gula-fosfat bergantian. DNA
menyimpan informasi, kedua untai DNA menyimpan informasi biologis yang sama.
Untai DNA anti paralel dan
berlawanan satu sama lain. DNA diatur ke dalam kromosom di dalam sel-sel.
Selama proses pembelahan sel, DNA direplikasi dalam proses replikasi DNA, yang
memberikan setiap sel sendiri set kromosom. Organisme eukariotik menyimpan DNA
mereka dalam inti sel dan juga dalam komponen lain seperti mitokondria dan
kloroplas. Dalam prokaryota, DNA yang menyebar di dalam sitoplasma.
Pengertian
Asam
deoksiribonukleat atau DNA didefinisikan sebagai molekul yang mengkode
informasi genetik yang diperlukan untuk pengembangan dan berfungsinya semua
organisme hidup. DNA adalah molekul ganda yang memiliki informasi untuk
faktor-faktor seperti pertumbuhan, Divisi dan fungsi sel. DNA adalah berbentuk
heliks ganda. DNA adalah polimer nukleotida dengan kode bolak balik urutan asam
amino selama proses sintesis protein. DNA membawa informasi genetik pada gen
yang diperlukan untuk membangun molekul seperti protein.
Struktur DNA
Struktur utama:
·
DNA adalah urutan polimer yang
terdiri dari subunit nukleotida. Nukleotida DNA terbuat dari gula
(deoksiribosa), basa nitrogen dan gugus fosfat.
·
Basa Nitrogen dari empat jenis
yang hadir dalam molekul DNA adalah, adenin, guanina, Sitosina dan guanina,
molekul gula adalah gula karbon 5 karbon dan satu atau lebih gugus fosfat.
·
Adenin dan guanina adalah
nitrogen basa Purina, Sitosina dan Timina adalah Pirimidina.
·
Ikatan phosphodiester yang
dibentuk dengan gugus fosfat basa nitrogen dengan kelompok OH pada gula.
·
Urutan asam nukleat pada
nukleotida saling melengkapi satu sama lain dalam urutan untai DNA.
Struktur Sekunder:
Sekunder struktur DNA
adalah interaksi antara basa, dengan helai terikat satu sama lain.
- Dalam struktur heliks ganda DNA, helai yang dibuat bersama oleh ikatan hidrogen, dimana nukleotida pada untai salah satu pasangan dengan nukleotida pada untai yang lain.
- Struktur sekunder memberikan bentuk asam nukleat. Basa Purina berpasang dengan pirimidin oleh ikatan hidrogen.
- Struktur sekunder menentukan dasar-pemasangan helai untuk membentuk heliks ganda.
- Alur utama dan alur kecil dibentuk dalam dua heliks ganda. Untai DNA tidak simetris dengan satu sama lain alur tidak adil.
Penyusun DNA
- DNA adalah polimer terbuat dari perulangan unit nukleotida.
- Struktur heliks ganda DNA ini pertama kali ditemukan oleh Watson dan Crick.
- Struktur DNA adalah jika dua rantai heliks yang digulung pada putaran sumbu yang sama.
- DNA biasanya ada dalam bentuk berpasangan, yang dipegang erat bersama-sama. Dua untai DNA memutar dalam bentuk heliks ganda.
- Unit nukleotida terdiri dari segmen molekul tulang punggung yang memegang rantai bersama-sama dan juga basa nukleotida yang berinteraksi dengan untai DNA yang lain pada heliks.
- Basa nukleotida nitrogen yang terkait dengan molekul gula dikenal sebagai nukleosida.
- Basa nitrogen yang berkaitan dengan gula dan satu atau beberapa gugus fosfat disebut nukleotida.
- Unit monomer nuleotida yang terkait untuk membentuk polinukleotida seperti dalam DNA.
- Perulangan molekul fosfat dan gula yang membentuk tulang punggung untai DNA.
- Gula dalam molekul DNA adalah pentosa, gula deoksiribosa.
- Gula dihubungkan bersama-sama oleh ikatan phosphodiester antara atom karbon ketiga dan kelima dari cincin gula berdekatan.
- Dalam struktur heliks ganda DNA, satu untai berjalan berlawanan arah dengan untai lain dan antiparallel.
- Ujung molekul asimetris dan dikenal sebagai ujung 5′ dan 3′, ujung 5′ memiliki gugus terminal fosfat dan ujung 3′ memiliki gugus terminal hidroksil.
- Perbedaan antara DNA dan RNA pada molekul gula, RNA memiliki gula pentosa ribosa bukan gula deoksirobosa.
- Basa-basa yang ditemukan dalam DNA adalah adenin, Sitosina, guanina dan Timina. Basa ini melekat pada gula dan fosfat untuk membentuk nukleotida lengkap.
Pasangan basa DNA
- Dalam struktur heliks ganda DNA, setiap jenis basa nukleotida pada satu helai berikatan dengan salah satu jenis nukleobasa pada untai yang lain, ini dikenal sebagai pasangan basa komplementer.
- Basa Purina berpasangan dengan Pirimidina oleh ikatan hidrogen yang mana basa adenin terpasang dengan timin dengan 2 ikatan hidrogen dan Sitosina berikatan dengan guanina dengan 3 ikatan hidrogen.
- Ikatan dua nukleotida sepanjang dua heliks ganda disebut pasangan basa.
- Ikatan hidrogen tidak seperti ikatan kovalen dan mereka bisa ditarik terpisah seperti ritsleting, oleh kekuatan mekanik atau suhu tinggi.
- Sebagai hasil dari pasangan basa komplementer, informasi dalam DNA beruntai diduplikasi pada setiap untai.
- Interaksi antara pasang basa komplementer sangat penting untuk fungsi DNA.
C. Sintesis Protein
Sintesis protein merupakan prses
penyusunan asam-asam amino pada rantai polinukleotida. Kunci utama dalam proses
sintesis protein adalah DNA yang merupakan material genetika dari sel. Sintesis
protein terjadi melalui2 tahap yaitu tanskripsi dan translasi.
1. Transkripsi
Transkripsi yaitu proses penyalinan data yang terdapat pada pita sense DNA yaitu
pita pada DNA yang berfungsi sebagai pita cetakan kedalam mRNA. Proses
pencetakan mRNA ini berlangsung dalam nukleus dan mRNA inilah yang akan membawa
kode genetik dari DNA.
Langkah- langkah transkripsi yaitu :
1)
Sintesis protein dimulai dengan pembukaan rantai
DNA oleh enzim helikase
2)
Kemudian, menempelnya enzim RNA polimerase pada
bagian yang disebut promotor yaitu titik awal dimulainya peristiwa transkripsi
dan sebagai penentu pita DNA yang akan digunakan sebagai cetakan
3)
RNA polimerase akan bergerak sepanjang pita DNA dan
memisahkan kedua pita DNA, kemudian menambahkan nukleotida-nukleotida mRNA
4)
Setelah selesai terbentuk untai RNA, pita DNA yang
sebelumnya terbuka menjadi tertutup kembali
5)
Proses demikian akan terjadi sampai ezim RNA
polimerase berada di ujung pita DNA atau terminator.
6)
Setelah itu RNA polimerase terlepas dari DNA dan
pita mRNA yang terbentuk dilepas dari DNA
7)
Kemudian RNA meninggalkan nukleus dan menuju ke
ribosom.
Komponen basa nitrogen pada mRNA
sama seperti pada pita DNA tetapi basa nitrogen timin diganti oleh urasil.
Contohnya : AGS TTS AAS SAG dan SSG maka basa nitrogennya yang terbentuk pada
pita RNA adalah USG AAG UUG GUS dan GGS. Molekul mRNA yang terbentuk mempunyai
dua ujung yang berbeda yaitu ujung 5’ dan ujung 3’. Ujung 5’ berperan dalam
mencegah perombakan mRNA oleh enzim hidrolitik dan memberikan sinyal pada
ribosom agar melekatkan diri pada mRNA. Sedangkan ujung 3’ berfungsi utuk
menghambat degradasi mRNA dan membantu mempermudah melekatnya ribosom pada
mRNA.
2. Translasi
Translasi adalah tahap penerus
dari transkripsi, dalam tahap ini terjadi proses penerjemahan urutan kodon pada
mRNA oleh tRNA menjadi urutan asam amino. Proses ini terjadi di sitoplasma oleh
ribosom. Ribosom terdiri atas 2 unit yaitu unit besar dan unit kecil.
Penerjemahan satu kodon mengahsilkan satu asam amino. Dalam proses translasi
terjadi 3 tahap yaitu inisiasi, elongasi, terminasi.
1) Inisisasi
Yaitu proses menempelnya unit kecil ribosom pada
bagian ujung 5’ mRNA. Setelah itu dilanjutkan dengan melekatnya RNAt pertama
(inisiator) yang membawa asam amino metionin dengan antikodon UAC pada mRNA
tepat pada kodon start yaitu AUG . kodon start itu sendiri adalah suatu triplet
basa basa nitrogen yang menandai dimulainya sintesis protein . setelah menempelnya
RNAt pertama, terjadi pelekatan ribosom unit besar pada ribosom unit kecil.
Pada ribosom unit besar terdapat 3 tempat khusus
yang digunakan untuk masuknya RNAt ke dalam ribosom yang disimbolkan dengan
huruf A atau situs A( situs pengikatan Aminoasil-RNAt) berada paling kanan,
tempat RNAt melepaskan asam aminonya disebut situs P ( situs pengikatan
peptidil-RNAt), tempat keluarnya RNAt dari ribosom disebut situs keluar ( exit
) disimbolkan huruf E berada paling kiri.
2) Elongasi
Yaitu proses penyusunan polipeptida yang dibawa
oleh RNAt. Proses tersebut terjadi pada
saat RNAt masuk kedalam ribosom pada
posisi A kemudian bergeser ke posisi P untuk melepaskan asam amino yang dibawanya
. kemudian RNAt bergeser lagi ke posisi E untuk keluar dari ribosom. Setelah
satu RNAt keluar dari ribosom maka ribosom bergeser satu rantai kodon ke arah
ujung 3’ pada mRNA sehingga RNAt lainnya akan menduduki posisi Apada ribosom
yang telah kosong. Proses tersebut akan berlangsung terus sampai pada kodon
stop yaitu UGA atau UAA atau UAG. Kodon stop itu sendiri adalah triplet yang
menandai berakhirnya proses penyusunan rantai polipeptida.
3) Terminasi
Terminasi merupakan tahap akhir dari proses
translasi dan merupakan tahap pelepasan rantai polipeptida dari ribosom. Dalam
pelepasan rantai polipeptida ada satu protein yang disebut sebagai faktor
pelepasan yang akan mengikatkan diri pada kodon stop di situs A dan menambahkan
air pada rantai polipepida. Reaksi ini akan memutuskan ( menghidrolisis )
ikatan antara polipeptida yang sudah selesai tRNA disitus P, sehingga
polipeptida akan terlepas.
D. Mutasi
Mutasi adalah perubahan yang terjadi pada bahan genetik (DNA maupun RNA), baik pada taraf urutan gen (disebut mutasi titik)
maupun pada taraf kromosom. Mutasi pada tingkat kromosomal biasanya disebut aberasi. Mutasi pada gen dapat
mengarah pada munculnya alel baru dan menjadi dasar munculnya variasi-variasi baru pada spesies.
Mutasi terjadi pada frekuensi rendah di alam, biasanya lebih rendah daripada 1:10.000 individu.
Mutasi di alam dapat terjadi akibat zat pembangkit mutasi (mutagen, termasuk karsinogen), radiasi surya, radioaktif, sinar ultraviolet, sinar
X, serta loncatan energi listrik seperti petir.
E. Kelainan Kromosom
1) Kelainan Jumlah : Perubahan pada
jumlah kromosom
- Kromosom Autosom
ü Trisomi
21 (Sindrom Down) (47,XX/XY + 21)
ü Trisomi
13 (47, XX/XY + 13) (Sindrom Patau)
ü Trisomi
18 (Sindrom Edward) (47, XX/XY +18)
ü
- Kromosom Seks
ü 45 X (sindrom Turner)
ü 47 XXY (Sindrom
Klinefelter)
ü Sindrom
Y- Ganda : 47,XYY
ü Sindrom
X Ganda
:47,XXX.
ü
2) Kelainan Struktur : Delesi, duplikasi,
Translokasi, Insersi,
Inversi
- Sindrom Cri du Chat
2.2 Endokrinologi Reproduksi
2.2.1 Endokrinologi
A.
Pengertian
Endokrinologi
adalah ilmu mengenai hormone endokrin dan organ-organ yang terlibat dalam
pelepasan hormon endokrin. Berbagai aktivitas sel, jaringan dan organ tubuh
dikoordinasikan oleh hubungan timbal balik beberapa jenis sistem messenger
kimiawi :
1)
Neurotransmitter dilepaskan oleh ujung akson saraf ke dalam taut sinaps dan bekerja setempat untuk mengatur fungsi
sel saraf.
2)
Hormon-hormon endokrin dilepaskan oleh sel kelenjar atau sel khusus ke dalam sirkulasi dan
mempengaruhi fungsi sel di tempat lain di tubuh.
3)
Hormon-hormon neuroendokrin disekresikan oleh sel neuron ke dalam sirkulasi darah dan mempengaruhi fungsi sel di tempat lan di
tubuh
4)
Parakrin disekresikan oleh sel ke dalam cairan ekstrasel dan mempengaruhi
sel yang disekitarnya dengan jenis yang berbeda.
5)
Autokrin disekresikan sel ke dalam cairan ekstrasel dan mempengaruhi fungsi sel yang mengahasilkan zat
tersebut dengan cara terikat pada reseptor
sel.
6)
Sitokin merupakan peptida yang disekresikan sel ke dalam cairan ekstrasel dan dapat bertindak sebagai autokrin,
parakrin, atau hormon endokrin. Contoh sitokin meliputi interleukin dan limfokin yang disekresikan
oleh sel helper dan bekerja pada sel sistem imun yang lain
Sel neuroendokrin, yang berada di hipotalamus memiliki ujung akson
di kelenjar hipofisis posterior dan eminensia mediana dan menyekresikan
beberapa hormon yang meliputi hormon antidiuretik (ADH), oksitosin dan
hormon hipofisiotropik yang mengatur sekresi hormon hipofisis anterior.
Hormon endokrin dibawa oleh sistem sirkulasi ke sel di seluruh tubuh,
yang meliputi sistem saraf pada beberapa keadaan, tempat hormon tersebut
berikatan dengan reseptor dan memulai berbagai reaksi. Sejumlah hormon endokrin
mempengaruhi banyak jenis sel tubuh contohnya hormon pertumbuhan (dari kelenjar
hipofisis anterior) menimbulkan pertumbuhan di sebagian besar tubuh dan
tiroksin (dari kelenjar tiroid) meningkatkan kecepatan berbagai reaksi kimia di
hampir semua sel tubuh.
Hormon-hormon yang lain hanya mempengaruhi jaringan
target yang spesifik, karena hanya jaringan tersebut yang memiliki reseptor
untuk hormon tersebut.. Contohnya hormon adenokortikotropik (ACTH) dari
kelenjar hipofisis anterior, secara spesifik menstimulasi korteks adrenal
sehingga hormon adrenokortikal disekresikan dan hormon ovarium memiliki efek yang
spesifik terhadap oragan kelamin wanita dan terhadap karakteristik seksual
sekunder pada tubuh wanita.
Berbagai sistem hormon memainkan peranan penting dalam
mengatur hampir semua fungsi tubuh, yang mencakup metabolisme, tumbuh kembang,
keseimbangan air dan elektrolit, reproduksi dan perilaku. Tanpa adanya hormon
kelamin, perkembangan seksual dan fungsi seksual tidak akan berjalan.
B.
Struktur Kimia dan
Sintesis Hormon
Terdapat 3 golongan umum hormon :
1)
Protein dan polipeptida, mencakup hormon-hormon yang disekresikan oleh kelenjar hipofisis anterior dan posterior, pankreas
(insulin dan glukagon), kelenjar paratiroid (hormon paratiroid), dan banyak
hormon lainnya.
2)
Steroid yang disekresikan korteks adrenal (kortisol dan aldosteron),
ovarium (estrogen dan progesteron), testis (testosteron) dan plasenta (estrogen
dan progesteron). Struktur kimia hormon steroid mirip dengan struktur kimia kolesterol dan pada
sebagian besar keadaan, hormon-hormon tersebut disintesis dari kolesterol itu
sendiri. Hormon steroid bersifat larut lemak dan terdiri atas tiga cincin
siklopentil yang bergabung
menjadi sebuah struktur. Meskipun sel endokrin penghasil steroid memiliki
sedikit simpanan hormon steroid, sejumlah besar simpanan ester kolesterol dapat
dmobiolisasi secara cepat untuk mensintesis
steroid adalah adanya stimulus. Banyak klesterol di sel penghasil steroid yang berasal dari plasma, namun
sintesis kolesterol de novo juga
terjadi di sel penghasil steroid. Karena steroid sangat larut dalam lemak, melalui mebran sel dan
memasuki cairan intertisial dan kemudian
akan masuk ke dalam darah.
3)
Turunan asam amino tirosin yang disekresikan oleh kelenjar tiroid (tiroksin dan triidotironin) dan medula adrenal (epinefrin dan norepinefrin).
C.
Sekresi dan Transpor
Onset sekresi hormon setelah terjadinya stimulus dan lama kerja
berbagai hormon. Beberapa hormon, seperti norepinefrin dan epinefrin,
disekresikan dalam waktu beberapa detik setelah kelenjar distimulasi, dan kedua
hormon tersebut dapat bekerja penuh dalam waktu beberapa detik sampai beberapa
menit berikutnya; kerja hormon lain, seperti hormon pertumbuhan atau tiroksin dapat
membutuhkan waktu berbulan-bilan agar dapat bekerja penuh.
Jadi setiap jenis hormon memiliki karakteristik disesuaikan dengan
kinerja fungsi pengaturan hormon tersebut yang spesifik. Konsentrasi hormon
yang diperlukan untuk mengatur sebagian besar fungsi endokrin dan metabolik
sangatlah kecil.
D.
Mekanisme Kerja Hormon
Kerja suatu hormon adalah pengikatan hormon pada reseptor spesifik
di sel target. Sel yang tidak memiliki reseptor untuk hormon tersebut tidak
akan berespons. Reseptor untuk beberapa hormon terletak pada membran sel
target, sedangkan reseptor hormon yang lain terletak di sitoplasma atau di
nukleus.
Ketika
hormon terikat pada reseptornya, hal tersebut biasanya akan menginisiasi
serangkaian reaksi yang semakin teraktivasi sehingga jumlah kecil konsentrasi
hormon bahkan dapat mempunyai pengaruh yang besar. Reseptor hormon merupakan
protein berukuran besar, dan setiap sel yang distimulasi biasanya memiliki
sekitar 2000 sampai 100.000.
Lokasi
berbagai jenis reseptor hormon secara garis besar adalah di dalam permukaan
atau pada permukaan membran sel, di dalam sitoplasma sel dan di dalam nukleus
sel. Jumlah reseptor di sel target biasanya tidak konstan dari hari ke hari,
atau bahkan dari menit ke menit. Reseptor protein itu sendiri dalam fungsinya
sering kali dinonaktifkan atau dihancurkan dan pada waktu yang lain, reseptor
tersebut diaktifkan kembai atau reseptor yang baru dibuat oleh mekanisme pembentukan
protein. Contohnya,, peningkatan kadar hormon dan penambahan ikatan hormon
dengan reseptor sel targetnya kadang-kadang menimbulkan pengurangan jumlah
reseptor yang aktif.
Down regulation dari reseptor ini dapat terjadi sebagai akibat dari
inaktivasi sejumlah molekul reseptor, inaktivasi sejumlah molekul sinyal
protein intrasel, sekuestrasi reseptor untuk sementara waktu ke dalam sel, yang
jauh dari tempat kerja hormon yang berinteraksi dengan reseptor membran sel,
destruksi reseptor oleh lisosom setelah reseptor tersebut masuk ke dalamnya
atau pengurangan produksi reseptor.
Di setiap keadaan, down regulation reseptor akan mengurangi respons
jaringan target terhadap hormon. Sejumlah hormon menimbulkan up-regulation
reseptor dan protein pemberi sinyal intrasel yaitu hormon penstimulasi memacu
pembentukan reseptor atau molekul sinyal intrasel oleh perangkat pembentukan
protein sel target dalam jumlah yang melebihi normal atau lebih banyak
ketersediaan reseptor untuk berinteraksi dengan hormon.
Hormon steroid dan tiroid beredar dalam darah terutama dalam bentuk
ikatan dengan protein plasma. Akan tetapi, hormon yang terikat pada protein
tidak dapat berdifusi dengan mudah menyebrangi kapiler dan mencapai jaringan
targetnya dan karenanya tidak memiliki aktifitas biologis sampai hormon
tersebut berdisosiasi dari protein plasma.
E.
Hormon yang terutama
bekerja pada perangkat genetika sel
Urutan peristiwa kerja steroid pada dasarnya adalah sebagai berikut
:
1)
Hormon steroid berdifusi
melewati membran sel dan memasuki sitoplasma sel, tempat ia berikatan dengan
protein reseptor yang spesifik.
2)
Kombinasi protein reseptor
kemudian berdifusi ke dalam atau diangkut ke dalam
nukleus.
3)
Kombinasi tersebut terikat di
tempat spesifik pada untai DNA dalam kromosom,
yang mengaktifkan proses transkripsi gen yang spesifik untuk membentuk mRNA.
4)
mRNA berdifusi ke dalam
sitoplasma, dan memicu proses translasi di ribosom
untuk membentuk protein yang baru.
Hormon kelenjar tiroid tiroksin dan triidotironin menimbulkan
peningkatan transkripsi oleh gen-gen yang spesifik d nukleus. Untuk tercapainya
tujuan tersebut, hormon-hormon ini awalnya berikatan secara langsung dengan
protein reseptor di nukelus itu sendiri, reseptor-reseptor tersebut kemungkinan
berupa molekul protein yang berlokasi di dalam kompleks kromosom dan agaknya
juga mengendalikan fungsi operator atau promotor genetik.
Dua ciri khas penting dari fungsi hormon tiroid adalah mengaktifkan
mekanisme genetik untuk pembentukan berbagai jenis protein intrasel dan terikat
pada reseptor intranuklear, hormon tiroid dapat terus melakukan fungsi
pengaturanya selama berhari-hari atau bahkan berminggu-minggu.
2.2.2 Reproduksi
Reproduksi
adalah kemampuan makhluk hidup untuk menghasilkan keturunan yang baru.
Tujuannya adalah untuk mempertahankan jenisnya dan melestarikan jenis
agar tidak punah. Cara reproduksi secara umum dibagi menjadi dua jenis seksual dan aseksual. Dalam
reproduksi aseksual, suatu individu dapat melakukan reproduksi tanpa
keterlibatan individu lain dari spesies yang sama. Pada manusia untuk menghasilkan
keturunan yang baru diawali dengan peristiwa fertilisasi.Sehingga dengan
demikian reproduksi pada manusia dilakukan dengancara generatif atau seksual.
Reproduksi atau
perkembangbiakan merupakan bagian dari ilmu faal (fisiologi). Pada umumnya
reproduksi baru dapat berlangsung setelah manusia mencapai masa pubertas, dan hal ini diatur
oleh kelenjar-kelenjar endokrin dan hormon yang dihasilkan dalam tubuh manusia.
Kemampuan
reproduksi bergantung pada hubungan antara hipotalamus, hipofisis anterior,
organ reproduksi dan sel sasaran hormon seks. Hubungan ini menggunakan banyak
mekanisme regulatorik yang digunakan sistem tubuh lain untuk mempertahankan
homeostatis, misalnya kontrol umpan balik negatif. Sistem reproduksi baik pada
pria maupun wanita dipengaruhi oleh sistem hormonal. Hormon yang mempengaruhi
sistem reproduksi adalah FSH, LH (gonadotropin hormone), estrogen, progesterone
dan testosterone.
Semua hormon
tersebut memiliki peranan penting dalam sistem reproduksi pria dan wanita serta
perkembangan sex sekunder. Hormon reproduksi disekresikan sepanjang hidup
seseorang dengan kadar yang berbeda, produksinya meningkat pada masa pubertas
dan akan menurun dengan bertambahnya usia.
A.
Sistem reproduksi mencakup gonad, saluran reproduksi dan kelenjar aksesoris.
Reproduksi
bergantung pada penyatuan gamet pria dan wanita, masing-masing dengan separuh
set kromosom untuk membentuk individu baru dengan set kromosom lengkap. Sistem
reproduksi pria dan wanita dirancang untuk memungkinkan penyatuan bahan genetik
dari dua pasangan seksual dan sistem wanita dilengkapi untuk menampung dan
memelihara keturunan hingga tahap perkembangan yang memungkinkannya bertahan
hidup secara independen di lingkungan eksternal.
Organ reproduksi
primer (gonad) terdiri dari sepasang testis pada pria dan sepasang ovarium pada
wanita. Pada kedua jenis kelamin gonad matur melaksanakan dua fungsi yaitu
menghasilkan gamet (gametogenesis) dan mengeluarkan hormon seks secara spesifik
yaitu testosteron pada pria dan estrogen serta progesteron pada wanita. Selain
gonad, sistem reproduksi pada kedua jenis kelamin mencakup saluran reproduksi
yang mencakup suatu sistem duktus yang khusus mengangkut atau menampung gamet
setelah dibentuk dan kelenjar aksesoris tambahan yang mengosongkan isinya
kedalam saluran-saluran reproduksi.
Hormon adalah
bahan substansi biologis yang dihasilkan oleh kelenjar buntu organ tertentu,
dalam jumlah kecil, masuk aliran darah, mempunyai organ sasaran dan dapat
mendorong atau menghambat fungsi dari organ sasaran / target tersebut.
Secara klasik
hormon didefinisikan sebagai suatu substansi yang diproduksi pada suatu
jaringan khusus, yang kemudian dilepaskan ke dalam aliran darah, dan kemudian
menuju ke sel yang responsif yang jaraknya cukup jauh, dimana hormon tersebut
mengeluarkan efeknya yang khas. Pada mulanya dianggap perjalanan tersebut
sederhana ternyata merupakan suatu petualangan untuk menjadi lebih kompleks dan
kemudian menjadi suatu bentuk baru merupakan peneltianlaboratorium yang tidak
selesai-selesainya di seluruh dunia. Sesungguhnya,
anggapan bahwa hormon merupakan produk dari jaringan khusus, telah berubah.
Kompleks hormon dan reseptor hormon telah ditemukan pada organisme bersel
tunggal yang primitif, menunjukkan bahwa kelenjar endokrin merupakan
perkembangan evolusi yang lambat.
Kemampuan sel
yang secara luas dapat memproduksi hormon menjelaskan teka-teki ditemukannya
hormon di tempat-tempat yang aneh, seperti hormone gastrointestinal ditemukan
di otak, hormon reproduksi di sekresi intestinal, dan kemampuan sel kanker yang
secara tak terduga mampu memproduksi hormon. Ciri – ciri kelenjar endokrin
yaitu kecil, sekresinya sedikit, penuh pembuluh darah dan buntu tidak ada
saluran.
Definisi klasik
dari hormon adalah suatu senyawa yang diproduksi oleh jaringan khusus yang
dilepaskan ke aliran darah dan berjalan jauh menuju sel spesifik dimana hormon
akan memberikan efek spesifiknya. Apa yang dulunya dianggap sebagai perjalanan
sederhana kini terungkap sebagai perjalanan panjang dan menjadi semakin
kompleks pada saat berbagai hasil penelitian di dunia tidak mampu
menjelaskannya secara rinci, bahkan pengertian hormon yang hanya dihasilkan
oleh jaringan spesifik kini menjadi sangat dipertanyakan. Kompleks hormon dan resptornya kini ditemukan
pada organisme sel tunggal primitif, dan ini menggambarkan bahwa kelenjar
endokrin sebenarnya merupakan hasil evolusi yang berkembang sangat lambat
kemudian. Kemampuan yang begitu luas dari berbagai sel untuk memproduksi dan berreaksi
terhadap hormon, menimbulkan kenyataan yang tidaklah mengherankan apabila sel
kanker dapat menghasilkan hormon, karena pada dasarnya setiap sel memiliki gena
yang dapat mengekspresikan hormon, tergantung pada diferensiasinya dan
lingkungannya.
Kini, hormon dan
neurotransmitter sebenarnya harus dipandang sebagai alat komunikasi atau
regulator kimiawi dan signal. Peran hormon kini tidak hanya sebagai senyawa
endokrin, namun juga parakrin, autokrin atau intrakrin. Karena fungsi
komunikasinya, maka fungsi setiap signal akan dipengaruhi oleh bagaimana signal
tersebut disintesis, dilepaskan, berjalan menuju target reseptor (transport),
berikatan dengan reseptor, menimbulkan reaksi/efek biologis dan mengalami
degradasi atau dihentikan efeknya.
Sebagai contoh
pada system reproduksi, kini kita ikuti perjalanan estradiol dalam malukan
fungsinya, mulai dari bagaimana diproduksinya, dilepaskannya, ditransport,
mekanisme efeknya (ikatan dengan reseptor dan efek paska ikatan reseptor), dan
metabolismenya. Estradiol memulai
perjalanan hidupnya dengan disistesisnya pada sel spesifik yang memiliki enzim
dan precursor yang sesuai untuk steroidogenesis, suatu proses pembentukan
hormon steroid.
Pada wanita
dewasa sumber utama estradiol adalah sel-sel granulose dari folikel yang sedang
berkembang dan korpus luteum. Proses steroidogenesis memerlukan stimulasi dari
gonadotropin, Follicle-stimulating hormone (FSH) dan Luteinzing
hormone (LH). Pesan yang dibawa oleh signal gonadotropin harus
ditransmisikan melalui membrane sel folikel atau korpus luteum, karena
gonadotropin yang berupa glikoprotein besar tidak mampu menembus membran sel
yang berupa lipid bilayer, namun akan berikatan dengan reseptor spesifiknya
pada membrane sel.
Ikatan signal reseptor ini
memulai suatu rangkaian proses komunikasi signal. Dimulai dengan diaktifkannya
protein G, yang selanjutnya akan mengaktifkan enzim adenilat siklase .Enzim ini
selanjutnya akan mengkatalisis pemecahan ATP menjadi siklik adenosine
monofosfat atau cAMP. cAMP sebagai pembawa pesan berikut dari proses komunikasi
ini selajutnya akan menyebabkan terjadinya rangkaian reaksi sistesis hormon
steroid, dalam hal ini estradiol.
Proses transmisi
pesan ini kini diketahui menjadi semakin kompleks dengan diungkapkannya peran
berbagai molekul dalam proses fisiologi hormonal ini, termasuk heterogenitas
dari molekul polopeptida pembawa signal dan reseptornya, regulasi dari ekspresi
receptor pada membran sel, serta hubungannya dengan sistem signal lainnya.
Respon target sel terhadap signal akan menurun manakala terjadi stimulasi yang
terus menerus, hal ini setidaknya melibatkan 3 mekanisme, yaitu :
1)
desensitasi secara
autofosforilasi dari segmen sitoplasmik dari reseptor
2)
ilangnya kemampuan
internalisasi dari reseptor, statu mekanisme yang berjalan lebih lamban
3)
blokade ikatan pada unit
regulator dan katalitik dari enzim adenilat siklase
Mengikuti
stimulasi gonadotropin terhadap sel yang memproduksi hormon steroid sexual maka
langkah awal dan penting yang terjadi pada steroidogenesis dari semua jenis hormon
steroid adalah pemutusan rantai samping kolesterol untuk membentuk pregnenolon
yang melibatkan system sitokrom P450 dan terjadi di mitokondria. Selama
steroidogenesis, jumlah atom karbon dari kolesterol atau berkurang atau tidak akan pernah bertambah.
Secara keseluruhan proses ini akan melibatkan reaksi-reaksi :
1)
pemutusan rantai samping
kolesterol untuk membentuk pregnenolon
2)
reaksi dehidrogenasi yang
mengubah gugus hidroksil menjadi keton atau sebaliknya
3)
reaksi hidroksilasi yang
menambahkan gugus hidroksil
4)
pembentukan ikatan rangkap
5)
penambahan hydrogen untuk
mengurangi ikatan rangkap.
Berbagai protein
telah berhasil dikarakterisasi dan diduga berperan sebagai regulator transfer
kolesterol didalam sel. Sterol carrier protein 2 (SCP2) merupakan
protein yang mampu mengikat dan membawa kolesterol antar kompartemen dalam sel.
Protein yang banyak dipelajari sebagai regulator transfer kolesterol pada
steroidogenesis adalah steroidogenic acute regulator protein (StAR
protein) yang berlokasi didalam mitokondria.
StAR diinduksi
oleh peningkatan cAMP akibat stimulasi gonadotropin. Mutasi dari gena pengkode
StAR yang menyebabkan prematur stop kodon, telah ditemukan pada hyperplasia
adrenal lipoid kongenital, suatu kelainan resesiv autosomal. Akibat mutasi ini
akan terjadi
2.3 Endokrinologi Reproduksi
A.
Aksi hormon seks tertentu
Biasanya, hormon
seks diklasifikasikan menjadi dua
kelompok: hormon wanita yang
mencakup estrogen dan progestin dan hormon
pria, androgen. Namun, harus
ditekankan bahwa hormon
seks yang telah ditandai sampai saat ini tidak eksklusif untuk kedua jenis kelamin. Semua
hormon seks yang hadir
pada laki-laki dan perempuan, dan kedua
jenis kelamin memiliki reseptor
yang mengikat dan menanggapi semua hormon seks.
Jenis kelamin ditandai
dengan jumlah hormon seks individu dan pola
mereka genetik diprogram sekresi.
Enzim tepat diungkapkan
oleh gonad (yang ovarium atau testis),
pada tahap kritis perkembangan embrio, adalah apa yang mendefinisikan pola sekresi hormon seks di setiap
gender.
B.
Faktor Pertumbuhan dan
Sitokin
Faktor
pertumbuhan adalah peptida hormon-seperti yang merangsang sel pembagian dengan menginduksi
diferensiasi dan pertumbuhan sel atau menghambat pembelahan sel dengan menginduksi hipertrofi selular. Faktor pertumbuhan tidak
berasal dari endokrin didefinisikan klasik kelenjar
tetapi dalam banyak jaringan tubuh yang berbeda dan mengerahkan
tindakan mereka secara autokrin dan/atau parakrin.
Faktor pertumbuhan
utama adalah :
1)
keluarga somatomedins,
termasuk insulin-like growth, insulin-like growth factor-I (IGF-I atau somatomedin-C) Faktor-II (IGF-II), dan proinsulin
2)
keluarga faktor
pertumbuhan epidermal, termasuk
EGF,
juga dikenal sebagai urogastrone, faktor autokrin keratinosit
(KAF), atau amphiregulin, dan pengikat heparin-EGF (HBEGF);
juga dikenal sebagai urogastrone, faktor autokrin keratinosit
(KAF), atau amphiregulin, dan pengikat heparin-EGF (HBEGF);
3)
keluarga transforming
growth factor-β (TGF-β), termasuk
TGF-β1, TGF-β2, TGF-β3, activins (aktivin A,
aktivin B, dan
aktivin AB), inhibin,
Mullerian-inhibiting substansi (MIS), juga
dikenal sebagai hormon antim¨ullerian
(AMH);
4)
keluarga faktor
pertumbuhan platelet yang
diturunkan (PDGF),
termasuk PDFG-AA, PDFG-BB, dan PDGF-AB;
termasuk PDFG-AA, PDFG-BB, dan PDGF-AB;
5)
keluarga faktor
pertumbuhan fibroblast (FGF) atau heparinbinding faktor
pertumbuhan, termasuk FGF asam (aFGF) dan FGF dasar (bFGF); dan
6)
keluarga faktor
pertumbuhan saraf, termasuk pertumbuhan saraf Faktor (NGF), faktor neurotropik
yang diturunkan dari otak (BDNF),
neurotropin-3 (NT-3), dan silia
faktor neurotropik (CNTF).
Sistem
saraf dan sistem endokrin
juga
terintegrasi dengan sistem kekebalan tubuh melalui komunikasi
jaringan yang mengakui intern (yaitu, tumor) atau eksternal (yaitu,
bakteri, virus, dan jamur) antigen. Menanggapi ini antigen, sistem kekebalan tubuh mengeluarkan sinyal kuat peptida yang disebut sitokin, yang merupakan faktor pertumbuhan yang dihasilkan oleh sel-sel inflamasi.
terintegrasi dengan sistem kekebalan tubuh melalui komunikasi
jaringan yang mengakui intern (yaitu, tumor) atau eksternal (yaitu,
bakteri, virus, dan jamur) antigen. Menanggapi ini antigen, sistem kekebalan tubuh mengeluarkan sinyal kuat peptida yang disebut sitokin, yang merupakan faktor pertumbuhan yang dihasilkan oleh sel-sel inflamasi.
Fagosit mononuklear,
limfosit, sel epitel, fibroblas, sel endotel, dan kondrosit menghasilkan
sitokin. Sitokin memainkan
peran kunci dalam berbagai proses
biologis, termasuk pertumbuhan sel dan aktivasi,
peradangan, kekebalan, hematopoiesis, tumorigenesis, perbaikan jaringan, fibrosis, dan morfogenesis. sebagai
pertumbuhan faktor, sitokin beroperasi di autokrin
/ parakrin sinyal,
tetapi juga bisa mengerahkan
endokrin sinyal klasik
yang mempengaruhi target sel jauh. Sitokin
utama meliputi : interferon, interleukin, faktor nekrosis tumor; dan koloni
faktor merangsang.
Selain
itu, berbagai faktor pertumbuhan
lainnya dan hormon dari endokrin / sistem
reproduksi memiliki sitokin
aktivitas, termasuk
a)
PRL, GH, dan leptin;
b)
erythropoietin dan
thrombopoietin;
c)
para neurotrophins:
BDNF, NGF, NT-3, NT-6, dan glialderived yang Faktor neurotropik;
d)
faktor neuropoietic,
CNTF, oncostatin-M,
dan leukemia inhibitory
factor
(LIF)
e)
keluarga TGF-β, yang meliputi TGF-β, morphogenic tulang
protein (BMP), dan activins.
protein (BMP), dan activins.
Dengan
demikian, sistem kekebalan tubuh, lama dianggap berfungsi mandiri, sekarang diakui sebagai sistem yang diatur yang tunduk pada hubungan
timbal balik dengan neuroendokrin
yang sistem.
C.
Gas terlarut
sebagai Signaling Molekul
Banyak
jenis sel menggunakan
gas-gas terlarut, seperti nitrat oksida
(NO) dan karbon monoksida (CO), sebagai sinyal
ekstraseluler molekul. NO diproduksi oleh deaminasi
asam amino arginine,
dikatalisasi oleh enzim NO-synthase. NO larut cepat dan berdifusi keluar dari sel
dan masuk ke dalam sel tetangga. Efek dari NO lokal dan sangat
pendek. Memiliki paruh sekitar 5-10 s, dan
kemudian diubah menjadi nitrat dan nitrit dalam ruang ekstraselular.
Nitrat
oksida memainkan fungsi
regulasi penting sebagai molekul sinyal ekstraseluler dalam sistem reproduksi. Dalam penis, NO dilepaskan
oleh saraf otonom menyebabkan dilatasi pembuluh
darah lokal yang bertanggung jawab untuk
ereksi. NO berikatan
dengan situs aktif dari enzim
guanylate cyclase, merangsang untuk menghasilkan utusan kedua, siklik
guanosin monofosfat (cGMP).
Efek ini berlangsung
hanya beberapa detik karena cGMP memiliki tingkat turnover
tinggi karena degradasi
cepat oleh cGMP-fosfodiesterase. The sildenafil
obat (Viagra R)
adalah cGMP-phosphodiesterase
inhibitor yang mengurangi tingkat turnover cGMP, menjaga
pembuluh darah penis melebar dan karena itu, penis dapat ereksi.
D.
Pengaturan Sintesis
dan Tindakan dari Molekul Sinyal
: Konsep
Umpan Balik
Umpan Balik
Kebanyakan sel endokrin
sekaligus produsen dan sasaran ekstraseluler molekul sinyal dan bertindak dalam konser untuk menghasilkan respon terpadu untuk perubahan eksternal dan internal lingkungan. Jaringan neuroendokrin memiliki
kemampuan untuk melihat perubahan
dan kemudian secara selektif menghasilkan sinyal yang mengontrol dan mengkoordinasikan sintesis hormon.
Mekanisme sederhana
dari regulasi hormon
negatif umpan balik dan umpan balik
positif. Dalam umpan balik
negatif, a hormon yang
dikeluarkan oleh kelenjar sasaran
sinyal produsen kelenjar
untuk mengurangi aktivitasnya. Dalam umpan balik positif, hormon diproduksi oleh sinyal
kelenjar target kelenjar
penghasil untuk meningkatkan sekresi.
Gambar. 1.2 Umpan balik regulasi testis (A) dan ovarium (B) fungsi
Peraturan aktivitas
gonad oleh hipofisis
hipotalamus
sumbu adalah contoh dari kedua umpan balik negatif dan positif.
Neuron hipotalamus mensekresi GnRH dalam pulsa dengan
frekuensi sekitar satu pulsa setiap 90-120 menit.
sumbu adalah contoh dari kedua umpan balik negatif dan positif.
Neuron hipotalamus mensekresi GnRH dalam pulsa dengan
frekuensi sekitar satu pulsa setiap 90-120 menit.
Pulsa GnRH diikuti
oleh pulsa gonadotropin, terutama LH dan pada tingkat lebih rendah FSH. kedua gonadotropin mengikat
reseptor spesifik dalam sintesis gonad mengatur hormon
steroid.
Pada pria, LH merangsang sintesis androgen,
yang mengikat reseptor androgen di kedua hipotalamus
dankelenjar hipofisis dan mengerahkan umpan
balik negatif dengan mengurangi frekuensi
pulsa LH. Estradiol,
yang diproduksi lokal di hipotalamus oleh aromatisasi
androgen, mengikat reseptor estrogen di hipotalamus dan hipofisis kelenjar
dan mengurangi amplitudo
pulsa LH.
Pada wanita, gonadotropin
merangsang sintesis estrogen dan menginduksi ovulasi. Pada awal folikel
yang fase, estrogen
diproduksi oleh sel granulosa ovarium mengerahkan umpan
balik negatif pada hipofisis
hipotalamus. Namun, pada akhir fase folikuler, peningkatan kadar estrogen mengerahkan umpan balik positif pada hipofisis hipotalamus
sumbu, yang merespon dengan peningkatan frekuensi GnRH pulsa diikuti
oleh rilis dari lonjakan
ovulasi gonadotropin.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1)
Biologi molekular atau biologi molekul merupakan salah satu cabang biologi yang
merujuk kepada pengkajian mengenai kehidupan
pada skala molekul.
Biologi molekuler terutama berkutat memahami interaksi antara berbagai sistem
sel, termasuk interaksi antara DNA, RNA dan protein biosintesis dan juga
belajar bagaimana interaksi ini diatur.
2)
Endokrinologi merupakan ilmu mengenai hormone
endokrin dan organ-organ yang terlibat dalam pelepasan hormone endokrin. Secara
klasik, hormone dideskripsikan sebagai penyampaian pesan (messenger) kimiawi
yang dilepaskan dan bekerja pada lokasi yang jauh dari tempat pelepasannya.
3)
Reproduksi adalah kemampuan
makhluk hidup untuk menghasilkan keturunan yang baru. Tujuannya adalah untuk
mempertahankan jenisnya dan melestarikan jenis agar tidak punah
DAFTAR PUSTAKA
Leon Speroff,
Robert H. Glass, Nathan G. Kase. 1999. Clinical Gynecologic Endocrinology and
Infertility 6th ed:Lippincott
Williams & Wilkins
Pedro J.
Chedrese. Reproductive Endocrinology A Molecular Approach. Canada : Sfingter
Tidak ada komentar:
Posting Komentar