GONADOTROPIC HORMONES:
BYOSYNTHESIS, SECRETION, RECEPTORS, AND
ACTION
NIM :
1420332013
`
PASCA SARJANA KEBIDANAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS
ANDALAS PADANG
TA.
2015/2016
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang
maha pengasih dan penyayang yang telah memberikan rahmat, hidayah dan
inayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
tentang “Biosynthesis, secretion, receptors, and action”.
Makalah ini merupakan salah satu tugas yang di berikan kepada penulis
dalam rangka meningkatkan pemahaman terhadap mata kuliah “Endokrinologi
Reproduksi”. Penulis mengharapkan dengan adanya makalah ini, dapat menjadi energi teleologis dalam
penunjang pemahaman akan pentingnya pengetahuan tentang Endokrinologi
Reproduksi.
Akhirnya, penulis menyadari dalam penulisan makalah ini jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis menerima kritik dan saran yang menbangun agar
penyusunan makalah selanjutnya menjadi lebih baik.
Wassalamu’alikum
Wr. Wb.
Padang, 06 September 2015
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Gonadotropin adalah glikoprotein dengan
berat molekul 30.000 dalton dan mengandung lebih kurang 20 % karbohidrat.
Karbohidrat yang dikandungnya terdiri dari fukosa, mannosa, galaktosa,
glukosamin asetil dan N-asam neuraminik asetil.
Glikoprotein hormon yang membentuk asam
sialik terdiri dari 20 residu glikoprotein ditambah 6 unit karbohidart
membentuk hCG, 5 residu glikoprotein dengan 1 unit korbohidrat membentuk FSH
dan 2 residu serta 1 unit karbohidarat membentuk LH.
Sintesa hormon steroid seks diproduksi
terutama oleh gonad dan diatur oleh dua jenis hormon gonadotrofik yang
dihasilkan oleh adenohipofise. Follicle stimulating hormone (FSH) dan
luteinizing hormone (LH) dari hipofise membawa pengaruh baik pada ovarium
maupun testis. FSH terutama bertanggung jawab pada pengaturan perkembangan sel
germinal pada kedua jenis kelamin dan sintesis estrogen ovarium wanita. LH dan
hCG merangsang sintesis steroid seks androgenik baik pada testis maupun
ovarium, dan produksi progesterone oleh korpus luteum. LH, FSH, dan hCG tidak
mempunyai aktifitas klinis penting diluar traktus reproduksi.
Steroid seks dianggap sebagai satu-satunya
pengatur produksi hormon gonadotropin. Akhir-akhir ini, peptida gonad mempunyai
sifat pengatur penting sekresi FSH. Inhibin dan follistatin menekan pelepasan
FSH, dan aktivin merangsang pelepasan FSH. Berdasarkan glikoprotein yang
dikandung, hormon gonadotropin, terdiri dari 2 subunit, yaitu subunit α dan
subunit β. Subunit α berfungsi sebagai struktur hormon yang terdiri dari 92
asam amino, sedangkan subunit β berfungsi sebagai hormon yang dikandung oleh
hCG, FSH dan LH dengan asam amino yang bervariasi 116 hingga 147.
1.2.Tujuan Penulisan
·
Mengetahui tentang gonodotropin hormon
·
Memenuhi tugas mata kuliah endokrinologi
BAB II
PEMBAHASAN
Secara klasik hormon didefinisikan sebagai suatu substansi
yang diproduksi pada suatu jaringan khusus, yang kemudian dilepaskan ke dalam
aliran darah, dan kemudian menuju ke sel yang responsif yang jaraknya cukup
jauh, dimana hormon tersebut mengeluarkan efeknya yang khas.
Kemampuan sel yang secara luas dapat memproduksi hormon menjelaskan
teka-teki ditemukannya hormon di tempat-tempat yang aneh, seperti hormon
gastrointestinal ditemukan di otak, hormon reproduksi di sekresi intestinal,
dan kemampuan sel kanker yang secara tak terduga mampu memproduksi hormon. Dari
dulu hingga sekarang ini hormon dan neurotransmitter dianggap sebagai suatu
sarana komunikasi. Tidaklah mengherankan bahwa karena setiap sel mengandung
gen-gen yang penting untuk ekspresi hormonal, maka sel kanker, karena hilangnya
diferensiasi, mengakibatkan ia tidak mampu mentup ekspresi gen, sehingga
memproduksi hormon pada lokasi, dan waktu
yang tidak sesuai.
2.1.Pengertian GnRH
Hormon pelepas gonadotropin (GnRH) merupakan peptida hipotalamik yang
dilepaskan secara pulsatif ke dalam sistem aliran darah portal
hipotalamus-hipofisis yang memasok kelenjar hipofisis anterior. Sekresi
pulsatif tersebut mempertahan kan fungsi gonadotrop hipofisis anterior untuk
melepaskan gonadotropin LH dan FSH yang diperlukan untuk fungsi ovarium dan
testis yang baik. GnRH merupakan suatu neurohormon
yang terdiri dari 10 asam
amino yang dihasilkan dalam inti arkuata dari hipotalamus.
Efek GnRH pada sekresi LH dan FSH tidak benar-benar sesuai dan variasi yang
mungkin disebabkan oleh faktor-faktor modulasi lain seperti konsentrasi serum hormon
steroid (zat yang dikeluarkan oleh korteks adrenal, testis
dan ovarium
Karakteristik dari semua hormon pelepas dan paling mencolok dalam kasus
GnRH adalah fenomena sekresi berdenyut. Dalam keadaan normal GnRH dilepaskan
secara pulsatif pada interval sekitar 90 sampai 120 menit. Dalam rangka
meningkatkan konsentrasi gonadotropin serum pada pasien dengan defisiensi GnRH,
hormon pelepas harus diberikan secara pulsatif. Sebaliknya, pengaturan konstan
GnRH menekan sekresi gonadotropin yang memiliki manfaat terapeutik pada pasien
tertentu, seperti anak-anak dengan pubertas
prekoks dan laki-laki dengan kanker
prostat. Neuron
yang mengeluarkan gonadotropin-releasing hormone memiliki koneksi ke area dari otak
yang dikenal sebagai sistem limbik, yang terlibat dalam pengendalian emosi
dan aktivitas seksual. Pada tikus yang kekurangan kelenjar hipofisis dan ovarium
tetapi diberikan dalam jumlah fisiologis estrogen,
suntikan hasil GnRH dalam perubahan karakteristik postur dari sikap reseptif
perempuan untuk melakukan
hubungan seksual.
Satu proses yang penting dalam kontrol gonadotropik terhadap fungsi
ovarium adalah pulsatil alamiah dari pelepasan LH dan FSH oleh hipofisis.
Frekuensi denyut dan amplitudo dari pelepasan gonadotropin secara mendalam
diatur oleh hormon steroid ovarium. Tidak adanya mekanisme umpan balik gonadal,
seperti pada wanita postmenonopause atau ovariektomi, peningkatan kadar
gonadotropin dipertahankan oleh peningkatan amplitudo dan frekuensi
dari pelepasan pulsatil. Ada variabilitas individual dalam pola yang benar
dari pelepasan pulsatil dari GnRH. Pada satu fase dari siklus menstruasi
wanita, ketika estrogen dari ovarium berada pada kadar terendah (fase
folikuler awal), frekuensi denyut mencapai 90 menit tiap denyutnya. Kemudian,
sebagaimana peningkatan estrogen, frekuensi denyut meningkat menjadi setiap 60
menit. Setelah ovulasi, ada penurunan yang bermakna dan pogresif dalam
frekuensi denyut menjadi satu denyuttiap 360 menit. Perlambatan dari frekuensi
denyut berhubungan dengan durasi paparan terhadap progesteron, yang
disekresikan setelah ovulasi.Pada kera rhesus maupun pada manusia denyut
intermitten GnRH tiap 60-90 menit merangsang pelepasan LH dan FSH tanpa batas.
Pada kera rhesus, perubahan dalam frekuensi denyut GnRH dapat secara selektif
meningkatkan atau menurunkan kadar serum baik FSH maupun LH.
2.2.Biosintesis
Kelenjer hipofisis memproduksi dua gonadotropin yaitu LH (luteinizing
hormone) dan FSH (follicle stimulating hormone). Keduanya sangat penting untuk
fungsi gonad dan reproduksi manusia. Bersama dengan TSH (thyroid stimulating
hormone), LH dan FSH membentuk kelompok utama hipofisis anterior yang dikenal
sebagai hormon glikoprotein. Hormon pertumbuhan dan prolaktin membentuk
kelompok kedua dari hormon yang berhubungan secara struktural, sedangkan
kortikotropin, lipotropin, mekanotropin dan endorphin membentuk kelomok hormone
ketiga. Pada hipofisis GnRH merangsang sintesis dan sekresi gonadotropin, follicle-stimulating hormone (FSH) dan
luteinizing hormone (LH). Proses ini
dikendalikan oleh ukuran dan frekuensi denyut GnRH, serta oleh umpan balik dari
androgen dan estrogen. Frekuensi rendah GnRH pulsatif menyebabkan pelepasan FSH, sedangkan
frekuensi tinggi GnRH pulsatif merangsang pelepasan LH. LH, FSH dan TSH secara
struktural memiliki kemiripan, hormon tersebut dibentuk oleh dua subunit
protein yang berbeda dan terikat secara nonkovalen yang disebut subunit q dan
ß.
Gonadotropin yang spesifik pada kehamilan yaitu hCG (human chorionic
gonadotropin) merupakan glikoprotein keempat yang dibentuk oleh rantai q dan ß.
Subunit A untuk keempat hormone ini adalah identik sub unit B berbeda pada
setiap homon, sehingga memberi kekhususan pada setiap dimer qß. Rantai B untuk
LH dan hCG merupakan yang termirip dengan homologi sebesar 82%. Ciri ini sangat
penting dalam mengenali dan mempertahankan kehamilan awal.
Sintesis GnRH terjadi di dalam nukleus arkuatus dan disalurkan sepanjang
akson sel neuroendokrin melalui eminensia mediana hipotalamus. Pelepasan GnRH
dilakukan dalam bentuk pulsasi dan dalam keadaan basal frekuensinya satu denyut
setiap jam. Frekuensi pelepasan GnRH paling cepat terjadi pada fase folikular
dan sedikit melambat pada fase luteal awal dan paling lambat pada fase luteal
lanjut, frekuensi denyut yang cepat akan
membantu sekresi LH dan frekuensi denyut yang lambat membantu pelepasan FSH.
Denyut yang lambat pada fase luteal lanjut dibutuhkan untuk meningkatkan kadar
FSH yang penting untuk memulai siklus menstruasi lebih lanjut.
Biosintesis dan sekresi FSH dan LH dikendalikan secara ketat selama
siklus reproduksi. Fungsi gonadotropin dimodulasi oleh faktor hipotalamus
(GnRH, gonadotropin releasing hormone), faktor hipofisis (regulasi autokrin)
dan umpan balik gonad (steroid dan peptide reproduksi). Terdapat berbagai cara
untuk meregulasi FSH dan LH, termasuk perubahan transkripsi gen, stabilisasi
mRNA, laju sintesis subunit protein, glikosilasi pasca translasi dan perubahan
jumlah sel penghasil gonadotropin. Dekapeptida hipotalamus yaitu GnRH
disintesis didalam nukleus arkuata di mediobasal hipotalamus dan daerah preooptik
di hipotalamus anterior. GnRH disalurkan sepanjang akson akson sel
neuroendokrin khusus ini melalui eminensia mediana hipotalamus dimana GnRH
secara normal dilepaskan ke system darah portal yang memperdarahi hipofisis
anterior. Tidak seperti sebagian besar hormon lain, GnRH secara normal
dilepaskan dalam bentuk pulsasi. Suatu generator denyut tampaknya terletak
didalam hipotalamus mediobasal dan mungkin terbatas untuk neuron penghasil GnRH
itu sendiri.
Mari sekarang kita mengikuti satu molekul estradiol dalam hal riwayat kerjanya dan untuk mendapatkan gambaran
menyeluruh bagaimana hormon dibentuk,
bekerja, dan dimetabolisme. Estradiol memulai masa hidupnya dengan
disintesis di dalam satu sel khususnya sel yang sesuai dengan tugasnya. Agar
biosintesis ini dapat terlaksana haruslah terdapat enzim yang sesuai dan mampu
bersama dengan prekursor yang sesuai
pula. Pada wanita dewasa, sumber dasar dari estradiol adalah sel granulosa dari folikel yang sedang
berkembang dan korpus luteum. Sel-sel ini mempunyai kemampuan untuk memulai
steroidogenesis sebagai respon terhadap stimulus spesifik. Agen yang
menstimulus adalah gonadotropin, follicle-stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormne (LH).
Langkah awal proses ini yang akan meningkatkan kadar estradiol adalah transmisi
pesan dari agen stimuli kepada mekanisme produksi steroid di dalam sel.
Pesan-pesan yang menstimulir steroidogenesis haruslah ditransmisi melalui
membran sel. Hal ini penting karena gonadotropin, menjadi glikopeptida yang
besar sekali, tidak seperti biasanya memasuki sel, tetapi harus berkomunikasi
dengan sel tersebut dengan bergabung dengan reseptor spesifik di permukaan
membran sel. Dengan mengaktifkan serangkaian tahap komunikasi. Sejumlah
penelitian telah dilakukan untuk mengetahui metode komunikasi ini. E.W
Sutherland, Jr., menerima Hadiah Nobel pada tahun 1971 karena mengajukan konsep
second messenger.
Gonadotropin, messenger pertama, mengaktifkan suatu enzim di dalam
membran sel yang disebut adenylate cyclase. Enzim ini mengirimkan pesan dengan
cara mengkatalisir produksi suatu messenger kedua di dalam sel, cyclic
adenosine 3’.5’-monophosphat (cyclic AMP), lebih menyerupai tongkat kecil pada
lomba estafet.
Cyclic AMP, messenger kedua, mengawali proses steroidogenesis, yang
mengakibatkan sintesis dan sekresi hormon estradiol. Gagasan transmisi pesan
ini semakin berkembang menjadi lebih kompleks dengan memperhatikan aspek
fisiologis, seperti heterogenisitas hormon peptida, regulasi up-and-down
membran sel reseptor, aktivitas regulasi adenylate cyclase, dan jalur penting
untuk faktor regulasi autokrin dan parakrin.
Sekresi estradiol ke dalam aliran darah langsung setelah disintesis.
Begitu berada di dalam aliran darah, estradiol
bertahan dalam dua bentuk, terikat dan bebas. Sebagian besar dalam bentuk berikatan dengan
protein pembawa, yaitu albumin dan sex steroid hormone-binding globulin.
Aktivitas biologik suatu hormon terbatas karena dalam bentuk berikatan di dalam
darah, hal ini dapat mencegah terjadinya efek yang ekstrim secara tiba-tiba.
Sebagai tambahan, bentuk berikatan ini mencegah agar tidak cepat dimetabolisme,
sehingga memungkin hormon untuk berada dalam jangka waktu yang lama untuk dapat
mengeluarkan efek biologisnya. Mekanisme yang menyerupai reservoar ini mencegah
kelebihan atau kekurangan kadar hormon hingga memungkinkan kadar dan efek
hormon selalu stabil.
Efek biologik metabolik hormon tergantung pada kemampuan sel untuk
mensintesis dan mempertahankan hormon. Estradiol yang telah berikatan dengan
protein, tetapi berada secara bebas di aliran darah segera akan masuk ke dalam
sel secara difusi yang cepat untuk bisa mengeluarkan efeknya,bagaimanapun juga
estradiol harus berikatan dengan reseptor dalam sel. Pekerjaan reseptor adalah
untuk membantu transmisi pesan dari hormon menuju transkripsi inti gen.
Hasilnya adalah diproduksinya messenger RNA yang mengakibatkan sintesis protein
dengan respon seluler sesuai dengan karakteristik hormon.
Begitu estradiol telah menyelesaikan misinya, ia dilepaskan lagi kedalam
aliran darah. Estradiol dapat melakukan tugasnya beberapa kali sebelum hilang
dari sirkulasi akibat dimetabolisme. Sebaliknya, banyak molekul yang
dimetabolisme tanpa sempat mengeluarkan efeknya. Tidak seperti estradiol,
hormon lain seperti testosteron, dimetabolisme dan dirubah didalam sel setelah
mengeluarkan efek hormonnya.Pada kasus terakhir, suatu steroid dilepas kedalam
aliran darah, sebagai suatu komponen yang aktif. Clearens steroid dari darah
bervariasi tergantung pada struktur molekulnya.
Sel yang mampu melakukan clearing estradiol dari sirkulasi menyelesaikan
tugas ini secara biokimiawi, dirubah ke estroal dan estriol, masing-masing
merupakan estrogen yang efektivitasnya moderat dan yang sangat lemah ( dan
melakukan konjugasi untuk memproduksinya menjadi fraksi yang larut air dan
diekskresikan kedalam urin dan empedu (sulfo dan glukoro kunjugates).
a)
Komunikasi sel
·
Komunikasi
Parakrin
Komunikasi interseluler yang meliputi difusi lokal substansi regulasi
dari satu sel ke sel-sel yang terdekat.
·
Komunikasi Autokrin
Komunikasi intraseluler sel dimana satu sel tunggal memproduksi substansi
regulasi yang berinteraksi ke reseptor atau ke dalam sel yang sama.
·
Komunikasi
Intrakrin
Merupakan bentuk komunikasi intraseluler yang terjadi jika substansi yang
tidak disekresi berikatan dengan reseptor intraseluler.
b)
Lipoprotein dan kolesterol
Kolesterol adalah bahan dasar untuk steroidogenesis. Seluruh organ yang
memproduksi steroid kecuali plasenta dapat membentuk kolesterol dari asetat.
Progestin, androgen, dan estrogen dapat disintesis insitu diberbagai jaringan
kompartemen ovarium dari dua molekul asetat karbon melalui kolesterol sebagai
prekursor steroid yang umum. Meskipun demikian, sintesis insitu tidak bisa
memenuhi kebutuhan dan oleh sebab itu sumber utama adalah kolesterol darah yang
memasuki sel-sel ovarium dan dapat dimasukkan kedalam rangkaian biosintesis
atau disimpan dalam bentuk ester untuk dipakai kemudian hari. Masuknya
kolesterol ke dalam sel dimediasi melalui reseptor membran sel untuk lowdensity
lipoprotein ( LDL ) yang merupakan pembawa kolesterol dalam aliran darah.
Lipoprotein adalah molekul yang besar yang memfasilitasi transport lemak
nonpolar di dalam cairan solvent polar, yaitu plasma darah. Terdapat lima
kategori mayor lipoprotein berdasarkan nilai dan densitasnya ( flotasi saat di
ultrasentrifugasi ).
Steroidogenesis
Seluruh jalur biosintesis steroid mengikuti pola dasar yang ditunjukkan
oleh semua organ endokrin yang memproduksi steroid. Dengan demikian, tidaklah
mengherankan bahwa ovarium manusia normal memproduksi seluruh tiga kelas
steroid sex ; estrogen, progestin, dan androgen. Pentingnya androgen ovarium
perlulah diperhatikan, tidak hanya sebagai prekursor obligat untuk estrogen,
tetapi juga penting secara klinis. Ovarium berbeda dengan testis dalam hal
komplemen dasar enzim khusus dan juga distribusi produk sekresinya. Ovarium
dibedakan dari kelenjar adrenal karena tidak adanya reaksi 21-hydroxylase dan
11β-hydroxylase. Sehingga glukokortikoid dan mineralokortikoid tidak diproduksi
oleh jaringan ovarium normal.
Pandangan tradisional tentang steroidogenesis bahwa setiap tahap
dimediasi oleh banyak enzim, yang berbeda dari satu jaringan ke jaringan lain.
Konversi dari kolesterol ke pregnenolon melalui hidroksilasi pada posisi
karbon 20 dan 22, dilanjutkan dengan pelepasan rantai samping. Konversi
kolesterol ke pregnenolon oleh P450 scc berlangsung di dalam mitokondria. Hal ini
merupakan efek penting dari stimulasi hormon tropik, yang juga menyebabkan
uptake substrat kolesterol untuk langkah ini. Hormon tropik dari hipofisis
anterior berikatan ke permukaan sel reseptor dari sistem protein G, activate
adenylase cyclase, dan meningkatkan siklik AMP intra seluler. Aktivitas siklik
AMP menyebabkan transkripsi gen yang menyediakan enzim steroidogenik dengan
protein asesoris. Lebih cepat lagi cyclic AMP menstimulasi hidrolisis
cholesteryl ester dan transportasi kolesterol bebas ke mitokondria.
c)
Sistem Dua-Sel
Sistem Dua-sel adalah penjelasan logis tentang proses steroidogenesis.
Penjelasan ini, pada mulanya dikemukakan oleh Fallek pada 1959, sekaligus
membawa informasi tentang tempat produksi steroid secara spesifik, bersama
dengan munculnya dan pentingnya reseptor hormon. Fakta-fakta berikut ini adalah
penting ;
1.
Reseptor FSH terdapat di sel-sel granulosa
2.
Reseptor FSH diinduksi oleh FSH
3.
Reseptor LH terdapat di sel-sel theca dan pada mulanya
tidak terdapat di sel-sel granulosa, tetapi bersamaan dengan perkembangan
folikel, FSH memacu munculnya reseptor LH di sel-sel granulosa.
4.
FSH memacu aktivitas enzim aromatase di dalam sel-sel
granulosa
5.
Mekanisme kerja diatas dimodulasi oleh faktor autokrin
dan parakrin yang disekresi oleh sel-sel theca dan granulosa.
d)
Transport steroid di dalam darah
Selama bersirkulasi di dalam darah, sebagian besar steroid sex yang
penting, estradiol dan testosteron, berikatan dengan protein pembawa, yang
dikenal dengan sex hormone- binding globulin ( SHBG ) yang diproduksi di hepar.
30 % lain berikatan longgar dengan albumin, sisanya hanya 1 persen yang tidak
berikatan dan bebas. Sejumlah sangat kecil juga berikatan dengan
corticosteroid-binding globulin. Hipertiroidism, kehamilan, dan pemberian
estrogen meningkatkan kadar SHBG, sedangkan kortikosteroid, androgen,
progestin, growth hormone, insulin, dan IGF-I menurunkan SHBG
2.3.Ekskresi Steroid
Steroid aktif dan metabolitnya diekskresikan sebagai sulfo dan glukuro
konjugat. Konjugasi steroid merubah ikatan hidrofobik menjadi hidrofilik yang
secara umum mengurangi atau membatasi aktifitas steroid. Hal ini tidak
seluruhnya benar, karena hidrolisis ikatan ester dapat terjadi pada jaringan
target dan disimpan dalam bentuk aktif. Selanjutnya, estrogen konjugat bisa
mempunyai aktifitas biologis, dan telah diketahui bahwa konjugat sulfat
disekresi secara aktif dan bisa berperan sebagai prekursor, dijumpai di
sirkulasi dalam konsentrasi dalam konsentrasi yang relatif tinggi karena
berikatan dengan protein serum. Meskipun demikian biasanya konjugasi oleh hepar
dan mukosa intestinal merupakan suatu tahap untuk deaktivasi sebelum diekskresi
ke urin dan kandung empedu.
2.4.Sekresi Gonadotropin
Gen untuk subunit α dari gonadotropin diekspresikan dalam pituitari
maupun plasenta. Subunit β untuk human chorionic gonadotropin (hCG)
diekspresikan dalam plasenta tetapi hanya diekspresikan secara minimal (dan
dengan perubahan dalam strukturnya) dalam pituitari, sedangkan subunit β LH,
seperti yang diharapkan, diekspresikan dalam pituitari tetapi tidak banyak
diekspresikan dalam plasenta. Studi-studi mengenai ekspresi gen gonadotropin
memastikan hubungan yang ditemukan pada studi-studi terdahulu. Steroid seks
akan menurunkan dan kastrasi akan meningkatkan kecepatan transkripsi gen
gonadotropin seperti yang ditunjukkan oleh kadar RNA messenger spesifik.
Disamping itu, steroid seks dapat bekerja pada tingkat membran, mempengaruhi
interaksi GnRH dengan reseptornya.
Hormon
Gonadotropin (GnRH) mensekresi FSH, LH, dan hCG. Kelompok hormone ini akan
bertangggung jawab atas proses gametogenesis dan steroidogenesis di dalam
kelenjar gonad..
Masing masing hormone ini merupakan glikoprotein dengan massa molekul sekitar
25 kDa.
1. Follicle Stimulating
Hormone (FSH)
FSH
terikat dengan reseptor spesifik pada membarn plasma sel tergetnya, yakni sel
folikel di ovarium dan sel sertoli di testis. Peristiwa ini akan mengaktifkan
enzim adenilil siklase dan meningkatkan produksi cAMP.
2.
Luteinizing Hormone
(LH)
LH terikat pada reseptor memberan plasma yang
spesifik dan menstimulasi produksi progesterone ole sel korpus luteum dan
produksi testosterone oleh sel leyding. Sinyal intrasel yang diberikan oleh
kerja LH adalah cAMP. Nukleotida ini meniru kerja LH, yang mencakup peningkatan
konversi asetat menjadi skkualen. (precursor untuksintesis kolesterol).
Nukleotida ini akan meniru kerja LH, yang mencakup peningkatan konversi asetat
menjadi skualen dan peneingkatan konversi kolesterol menejadi pregnenolon,
yakni suatu tahap yang diperlukan dalam pembentukan progesterone dan
testosterone.
Pengikatan antara LH dan produksi cAMP terdapat
perangkaian yang erat, tetapi steroidegenesisi akan terjadi bila terdapat
peningkatan cAMP
dengan jumlah yang sangat kecil. Keterpajanan pada LH yang berlangsung lama
akan mengakibatkan desensitisasi dan hal ini akanmeungkin terjadi akibat
pengaturan yang menurunkan jumlah reseptor LH. Fenomena ini dapat dimanfaatkan
sebagai sarana keluarga berencana yang efektif.
3. Human Chorionik
Gonadotropin (hCG)
hCG
merupakan glikoprotein yang disintesis di sl sinsiotrofoblas plasenta. Hormone
ini mempunyai struktur dimer AB yang khas bagi golongan ini dan paling
menyerupai LH. Kadar hCG meningkat di dalam darah dan urine segera setelah
implantasi ovum yang sudah dibuahi. Dengan demikian HCG merupakan dasar bagi
pemeriksaan kehamilan.
Baik LH maupun FSH
disekresikan oleh sel yang sama, yaitu gonadotrop, yang terutama terletak pada
bagian lateral kelenjar pituitari
dan responsif terhadap stimulasi pulsatil oleh GnRH. GnRH bergantung pada kalsium
dalam mekanisme kerjanya dan menggunakan inositol 1,4,5-trifosfat (IP3) dan
1,2-diasilgliserol (1,2-DG) sebagai messenger kedua untuk merangsang
aktivitas protein kinase dan siklik AMP. Respon-respon ini memerlukan sebuah
reseptor protein G dan dikaitkan dengan pelepasan ion kalsium secara siklik
dari simpanan intraseluler dan pembukaan channel membran sel untuk
memungkinkan masuknya kalsium ekstraseluler. Karena itu, kalmodulin, protein
kinase, dan siklik amp merupakan mediator-mediator kerja GnRH. Reseptor GnRH
tipe I, anggota dari keluarga protein G, dikode oleh sebuah gen pada kromosom
14q21.1. Lokasi reseptor tipe II tidak dapat dipastikan; pada marmoset (sejenis
monyet), reseptor tipe II terdapat dalam kromosom 1q. Peranan sebenarnya dari
GnRH dan kedua reseptor GnRH pada mansuia masih harus ditentukan.
Reseptor-reseptor GnRH diatur oleh banyak agen, termasuk GnRH itu sendiri, inhibin,
aktivin, dan steroid seks. Penurunan respon gonadotropin terhadap terus
berlanjutnya stimulasi GnRH berlebihan dan berkepanjangan tidak disebabkan
olehhilangnya reseptor-reseptor GnRH saja tetapi juga meliputi desensitisasi dan uncoupling reseptor
Sintesis gonadotropin terjadi pda retikulum
endoplasma yang kasar. Hormon ini dikirim kedalam granula-garanula sekretorik
oleh sisterna Golgi dari aparat Golgi dan kemudian disimpan sebagai
granulagranula sekretorik. Sekresi memerlukan migrasi (aktivasi)
granulagaranula sekretorik matur menuju membran sel dimana perubahan
permeabilitas membran menyebabkan penonjolan granula-garanula sekretorik
sebagai respon terhadap GnRH. Langkah pembatasan kadar gonadotropin dalam
sintesis gonadotropin adalah ketersediaan subunit beta dimana ketersediaan ini bergantung pada GnRH.
Pengikatan GnRH pada reseptornya dalam
pituitari mengaktivasi berbagai messenger dan respon. Hal yang segera terjadi
adalah pelepasan sekretorik gonadotropin, sedangkan respon lambat mengadakan
persiapan untuk pelepasan sekretorik berikutnya. Salah satu dari respon lambat
ini adalah kerja GnRH mematangkan diri sendiri yang menyebabkan timbulnya
respon yang lebih besar terhadap pulsasi GnRH selanjutnya karena suatu seri
kejadian biokimiawi dan biofisik intraseluler kompleks. Kerja mematangkan diri
sendiri ini penting untuk mencapai peningkatan tinggi pada pertengahan siklus;
ini memerlukan paparan estrogen, dan dapat diperbaiki oleh progesteron. Kerja
progesteron yang penting ini bergantung pada paparan estrogen (untuk
meningkatkan jumlah reseptor progesteron) dan aktivasi reseptor progesteron
oleh fosforilasi yang dirangsang oleh GnRH. Kerja yang terakhir ini merupakan
contoh komunikasi silang antara peptida dan reseptor hormon steroid.
Lima tipe sel sekretorik yang berbeda
terdapat bersama-sama dalam kelenjar pituitari anterior: gonadotrop, laktotrop,
tirotrop, somatotrop, dan kortikotrop. Interaksi autokrin dan parakrin
berkombinasi untuk menyebabkan kontrol yang lebih kompleks terhadap sekresi
pituitari daripada sekedar reaksi terhadap faktor-faktor pelepas dari
hipotalamus dan modulasi oleh sinyal-sinyal umpan balik. Terdapat cukup banyak
bukti eksperimental untuk menunjukkan adanya pengaruh stimulatorik dan
inhibitorik dari berbagai substansi pada sel-sel sekretorik pituitari. Walaupun
sistem GnRH merupakan mekanisme primer, peptida-peptida hipotalamus lain dapat
mempengaruhi sekresi GnRH. Peptida dapat berinteraksi dengan GnRH pada
pituitari; peptida dapat dikirim ke kelenjar pituitari dimana peptida tersebut
akan langsung mempengaruhi gonadotropin (misalnya oksitosin, CRF, dan
neuropeptida Y) atau secara tidak langsung memiliki efek pada sekresi FSH dan
LH dengan merangsang pelepasan subsansi-substansi aktif dalam pituitari
(misalnya glalanin, interleukin); dan aktivitas autokrin-parakrin melibatkan
peptidapeptida yang disintesis oleh sel-sel pituitari.
2.5.Mekanisme Kerja Seluler
Di dalam sirkulasi hormon berada dengan konsentrasi yang sangat rendah,
hal ini bertujuan untuk memberikan respon yang spesifik dan kerja yang efektif,
sel target memerlukan adanya mekanisme yang spesifik. Ada 2 tipe utama kerja
hormon di jaringan target.Pertama sebagai mediator kerja hormon tropik (
peptida dan hormon glikoprotein ) dengan reseptornya pada sel membran.
Sebaliknya, kadar hormon steroid yang lebih sedikit siap memasuki sel, dan
dasar mekanisme kerjanya adalah berikatan dengan reseptor spesifik didalam sel.
Afinitas, spesifitas, dan aktivitas reseptor, bersama dengan konsentrasi
reseptor yang banyak didalam sel, sehingga memungkinkan hormon dalam jumlah
yang kecil bisa mengghasilkan respon biologis. Banyak tipe reseptor yang berbeda
yang bisa dikenal sebagaimana kategori berikut ini :
Reseptor
intraselular
Reseptor ini
berada di nukleus menyebabkan proses transkripsi. Sebagai contoh reseptor untuk
hormon estrogen dan tiroid.
Reseptor
protein G
Reseptor ini
terdiri atas suatu rantai polipeptida tunggal di membran sel. Berikatan dengan
hormon spesifik menyebabkan interaksi dengan protein G. Sehingga mengaktivasi
second mesenger contohnya reseptor untuk hormon tropik, prostaglandin, bau –
bauan. Second messenger antara lain enzim adenilat siklase, sistem fosfolipase
dan perubahan ion kalsium.
Ion Gate
Channels
Reseptor
dipermukaan sel ini terdiri dari berbagai unit, yang jika telah berikatan akan
membuka saluran ion. Masuknya ion merubah aktivitas listrik sel. Contoh paling
baik untuk tipe ini adalah asetil kolin .
Reseptor
dengan aktivitas enzim intrinsik
Reseptor
transmembrabn ini mempunyai komponen intraseluler dengan aktivitas tirosin
kinase atau serin kinase. Jika berikatan akan memyebabkan autofosforilasi dan
menjadi aktif. Contohnya reseptor untuk insulin dan growth factor dan reseptor
untuk aktivin dan inhibin ( serin kinase
).
Reseptor lain
Reseptor yang
tidak memenuhi kategori diatas seperti reseptor untuk LDL, Prolaktin , Growth
hormon dan beberapa growth hormon .
2.6.Reseptor estrogen
Seperti steroi lain, estrogen
berikatan dengan reseptor protein di inti sel dan kompleks ini berikatan dengan
DNA, mendorong pembentukan mRNA yang kemudian menyebabkan sintesis protein baru
yang memodifikasi fungsi sel. Saat ini telah berhasil di klon dua reseptor
estrogen: reseptor estrogen α (ER α ) dan reseptor β (ER β). Walaupun terjadi
tumpang tindih, distribusi kedua reseptor ini berbeda.
Expresi (ER α ): di uterus,
testis, hipofisis, ginjal, epididimis, dan adrenal
Expresi (ER β) : di ovarium, prostat, paru, kandung kemih,
otak, tulang
Diperkirakan bahwa pengaturan
fungsi oavrium oleh sumbu hipofisis – ovarium terutama diperantarai oleh (ER α
), sedangkan estrogen yang di sekresikan ke dalam folikel ovarium bekerja
terutama melalui ER β.
2.7.Reseptor Progesteron
Reseptor progesteron diinduksi
oleh estrogen pada tingkat transkripsi dan diturunkan oleh progestin pada
tingkat transkripsi maupun translasi (mungkin melalui fosforilasi reseptor).
Reseptor progesteron (dengan cara yang sama seperti reseptor estrogen) memiliki
dua bentuk utama, disebut sebagai reseptor A dan B. Kedua bentuk reseptor ini
diekspresikan oleh satu gen tunggal; kedua bentuk reseptor ini merupakan hasil
dari transkripsi dari promoter-promoter yang berbeda, dalam sebuah sistem
regulasi transkripsi yang kompleks. Tiap bentuk reseptor dikaitkan dengan
protein-protein tambahan, yang penting untuk pelipatan polipeptida menjadi
sebuah struktur yang memungkinkan terjadinya pengikatan hormon dan aktivitas
reseptor. Berat molekul A adalah 94.000 dan berat molekul B adalah 114.000 dengan
933 asam amino, 164 buah lebih banyak daripada A. Reseptor B memiliki segmen upstream
unik (164 asam amino) yang disebut sebagai segmen upstream B (BUS).
Pada reseptor progesteron,
TAF-1 terletak pada segmen asam amino-91 tepat dibagian upstream dari
domain pengikat DNA. TAF-2 terletak pada domain pengikat hormon. Sebuah fragmen
yang tidak memiliki domain pengikat hormon akan mengaktivasi transkripsi sampai
tingkat yang sebanding dengan reseptor B full-length yang diaktivasi
oleh hormon, dan lebih tinggi daripada yang terjadi dengan reseptor A, sehingga
lebih jauh daripada TAF-1 saja. Karena itu, pada sel-sel yang tepat BUS
mengandung sepertiga domain aktivasi, TAF-3, dan secara otonom dapat
mengaktivasi transkripsi atau dapat bersinergi dengan TAF lain. Pada tidak
adanya pengikatan hormon, regio C-terminal pada reseptor progesteron akan
mengeluarkan efek inhibitorik pada transkripsi. Agonis progesteron akan
menginduksi perubahan konformasi yang dapat mengatasi fungsi inhibitorik
inheren dalam ekor karboksi pada reseptor. Pengikatan dengan antagonis
progesteron akan menimbulkan perubahan struktural yang memungkinkan
dipertahankannya aksi inhibitorik.
Reseptor-reseptor progesteron
berfungsi dalam mekanisme yang dimiliki bersama oleh superkeluarga reseptor
ini: sebuah kompleks tak terikat dengan protein heat shock, pengikatan
hormon, dimerisasi, pengikatan DNA kepada elemen respon progesteron, dan
modulasi transkripsi oleh fosforilasi dan berbagai protein.
A dan B
diekspresikan dalam jumlah yang kurang lebih seimbang pada sel kanker payudara
dan sel kanker endometrium. Studi-studi menunjukkan bahwa kedua reseptor ini
dapat diatur dengan bebas; misalnya kadar relatifnya berbeda dalam endometrium
selama siklus menstruasi. Spesifitas jaringan dengan reseptor progesteron
dipengaruhi oleh reseptor dan dimer mana yang aktif, dan disamping itu,
aktivitas transkripsional A dan B bergantung pada perbedaan-perbedaan sel
target, terutama dalam konteks promoter. Namun, pada kebanyakan sel, B
merupakan regulator positif untuk gen-gen yang responsif
terhadap progesteron, dan A menghambat aktivitas B. Mutasi dalam terminus
karboksi B akan mempengaruhi aktivitas transkripsional B. Tetapi mutasi pada A
tidak memiliki dampak pada aktivitas inhibitorik transkripsional-nya. Hal ini
menunjukkan adanya dua jalur yang berbeda untuk aktivasi dan represi
transkripsi oleh reseptor progesteron. Karena itu, represi aktivitas
transkripsional reseptor estrogen manusia (demikian juga transkripsi
glukokortikoid, mineralokortikoid, dan androgen) bergantung pada ekspresi A.
Luasnya aktivitas A sehubungan
dengan semua steroid menunjukkan bahwa A mengatur kerja hormon steroid
dimanapun A diekspresikan. A tidak membentuk heterodimer dengan reseptor
estrogen. A tidak mencegah reseptor estrogen untuk berikatan dengan DNA. A
tidak menyebabkan perubahan struktur reseptor estrogen. Karena itu, A mungkin
berkompetisi dengan reseptor estrogen untuk sebuah protein yang penting; dalam
hal ini A akan menghambat reseptor estrogen hanya pada sel-sel yang mengandung
faktor yang sangat penting tersebut. Atau jika target merupakan protein yang
sangat penting, maka sekali lagi merupakan aktivator transkripsi yang esensial.
2.8.Reseptor Androgen
Mekanisme
seluler untuk androgen lebih kompleks. Androgen dapat bekerja pada salah satu
dari ketiga cara berikut.
1. Melalui konversi intraseluler testosteron
menjadi dihidrotestosteron (DHT), aktivitas intrakrin.
2. Melalui testosteron itu sendiri, aktivitas
endokrin.
3. Melalui konversi intraseluler testosteron
menjadi estradiol (aromatisasi), aktivitas intrakrin.
Jaringan-jaringan yang secara
eksklusif bekerja melalui jalur testosteron merupakan derivat duktus Wolffii,
sedangkan folikel rambuh dan derivat-derivat sinus urogenitalis dan tuberkel
urogenitalis memerlukan konversi testosteron menjadi DHT. Hipotalamus secara
aktif mengubah androgen menjadi estrogen; akibatnya, mungkin diperlukan
aromatisasi untuk pesan-pesan umpan balik androgen tertentu dalam otak.
Pada sel-sel yang hanya
merespon kepada DHT, hanya DHT yang akan ditemukan dalam inti yang mengaktivasi
produksi messenger RNA. Karena testosteron dan DHT berikatan dengan
reseptor androgen afinitas tinggi yang sama, mengapa perlu adanya mekanisme
DHT?. Sebuah penjelasan adalah bahwa hal ini merupakan mekanisme untuk
memperkuat kerja androgen, karena reseptor androgen akan lebih cenderung
berikatan dengan DHT (afinitasnya lebih besar). Antiandrogen, termasuk
siproteron asetat dan spironolakton, berikatan dengan reseptor androgen dengan
kurang lebih 20% dari afinitas testosteron. Afinitas lemah ini ditandai oleh
pengikatan tanpa aktivasi respon biologis.
Reseptor androgen, seperti
reseptor progesteron, terdapat dalam bentuk B full-length dan bentuk A
yang lebih pendek. Mungkin saja bahwa bentuk A dan B dari reseptor androgen ini
memiliki perbedaan fungsional. Sekuens asam amino dari reseptor androgen pada domain pengikat DNA
menyerupai sekuens asam amino reseptor untuk progesteron, mineralokortikoid,
dan glukokortikoid tetapi paling mirip dengan reseptor progesteron. Dapat terjadi
reaksi silang untuk reseptor-reseptor androgen dan progestin tetapi hanya jika
kedua hormon ini terdapat dalam konsentrasi farmakologis.
Progestin tidak hanya
berkompetisi untuk reseptor androgen tetapi juga berkompetisi untuk penggunaan
enzim 5α-reduktase untuk
metabolisme. Dihidroprogesteron yang dihasilkan juga berkompetisi dengan
testosteron dan DHT untuk reseptor androgen. Karena itu, suatu progestin dapat
bertindak sebagai antiandrogen maupun sebagai antiestrogen. Eskpresi gen
responsif androgen dapat juga dimodifikasi oleh estrogen; telah bertahun-tahun
diketahui bahwa androgen dan estrogen dapat melakukan kerja melawan respon
biologis satu sama lain. Respon jaringan target ini ditentukan oleh interaksi
gen dengan kompleks hormon-reseptor, androgen dengan reseptornya dan estrogen
dengan reseptornya. Respon biologis akhir mencerminkan keseimbangan kerja
hormon-hormon yang berbeda dengan reseptor-reseptornya, yang dimodofikasi oleh
berbagai regulator transkripsi.
Sindrom feminisasi testikuler (insensitivitas
androgen) merupakan suatu kelainan kongenital dalam reseptor androgen
intraseluler (kurang lebih 200 mutasi unik telah diidentifikasikan). Gen
reseptor androgen terletak pada kromosom X manusia pada Xq11-12, merupakan
satu-satunya reseptor hormon steroid yang terletak pada kromosom X. karena itu,
feminisasi testikuler merupakan kelainan X-linked. Studi-studi molekuler
pada pasien-pasien dengan feminisasi testikuler telah menunjukan bahwa delesi
asam amino dari domain pengikat steroid disebabkan oleh perubahan nukleotida
dalam gen yang mengkode reseptor
androgen. Apa yang dahulu membingungkan sekarang mudah dipahami sebagai
peningkatan progresif dalam kerja reseptor androgen. Pada satu ujung, sama
sekali tidak ada pengikatan androgen - feminisasi testikuler komplit. Bagian
tengah merupakan suatu spektrum gambaran klinis yang mencerminkan berbagai
derajat reseptor dan pengikatan yang tidak normal. Pada ujung yang lain, pernah
dikatakan bahwa sekitar 25% dari semua pria infertil dengan genitalia normal
dan riwayat keluarga normal mengalami azoospermia akibat kelainan reseptor.
Reseptor androgen juga
memegang peranan dalam fisiologi neuron motoril, karena suatu mutasi spesifik
dalam reseptor androgen bertanggung jawab untuk terjadinya penyakit Kennedy
(atrofi muskuler spinobulbaris X-linked), suatu keadaan yang dikaitkan
dengan degenerasi neuron motorik.
2.9.Kerja Nongenomik Dari Hormon Steroid
Efek genomik hormon steroid
ditandai oleh relatif lambatnya waktu respon yaitu 1 jam atau lebih. Namun,
beberapa efek hormon steroid
dapat segera terjadi, dalam hitungan beberapa detik, dan untuk mencapai respon
yang cepat ini maka mekanisme nongenomik harus bekerja. Respon yang cepat ini
juga tidak terpengaruh oleh inhibitor transkripsi gen atau sintesis protein.
Aksi cepat pernah dilaporkan terjadi pada semua hormon steroid dan termasuk
transpor kalsium dan sodium melalui membran, efek neural, dan reaksi oosit dan
sperma tertentu.
Sistem messenger dan
efektor yang digunakan bervariasi dari sel ke sel dan dari steroid ke steroid.
Telah diidentifikasikan reseptor membran sel spesifik untuk berbagai steroid;
namun, selama ini sulit untuk menunjukkan peranan fisiologis untuk
daerah-daerah pengikat ini. Namun demikian, penelitian sejauh ini menunjukkan
bahwa hormon steroid dapat berikatan dengan reseptor membran dan memicu
perubahan cepat dalam sistem transpor elektrolit. Vasodilatasi yang diinduksi
estrogen yang terjadi dalam arteri koroner dianggap dimediasi, setidaknya
sebagian, melalui mekanisme fluks kalsium nongenomik.
2.10. Agonis Dan Antagonis
Agonis
adalah sebuah substansi yang merangsang respon. Antagonis jelas menyebabkan
hambatan komplit terhadap kerja agonis. Aktivitas agonistik terjadi mengikuti
pengikatan reseptor yang kemudian akan menyebabkan stimulasi pesan yang
dikaitkan dengan reseptor tersebut. Aktivitas antagonistik terjadi mengikuti
pengikatan reseptor dan ditandai oleh blokade pesan reseptor atau tidak
terkirimnya pesan. Kebanyakan senyawa yang digunakan dalam cara ini dan yang
berikatan dengan reseptor inti hormon memiliki campuran respon agonis dan
antagonis, bergantung pada jaringan dan lingkungan hormonal. Contoh-contoh
antagonis mencakup tamoksifen, RU486, dan antagonis reseptor histamin.
Antagonis short-acting, seperti estriol, sebenarnya merupakan
kombinasi agonisme dan antagonisme bergantung pada waktunya. Respon estrogen
jangka pendek dapat timbul karena estriol berikatan dengan reseptor inti,
tetapi respon jangka panjang tidak terjadi karena pengikatan ini berlangsung untuk
waktu pendek. Antagonisme timbul bila estriol berkompetisi dengan estradiol
untuk reseptor. Namun, jika keberadaan hormon lemah, estriol, dapat
dipertahankan secara konstan, maka pengikatan jangka panjang mungkin terjadi,
dan dapat timbul respon estrogen yang poten.
Klomifen dan tamoksifen merupakan
campuran agonis dan antagonis estrogen. Endometrium sangat sensitif terhadap
respon agonistik, sedangkan payudara lebih sensitif terhadap respon
antagonistik. Kerja antagonistik merupakan akibat dari pengikatan reseptor inti
dengan perubahan dalam pemrosesan DNA reseptor normal dan kegagalan memenuhi
reseptor hormon, sehingga akhirnya menyebabkan deplesi.
Perubahan
molukel GnRH menimbulkan kerja agonis maupun antagonis. GnRH merupakan dekapeptida;
antagonis menunjukkan substitusi pada beberapa posisi, sedangkan agonis
menunjukkan substitusi pada pada posisi 6 atau 10.
Molekul
agonis GnRH pertama-tama akan merangsang kelenjar pituitari untuk mensekresi
gonadotropin, kemudian karena adanya stimulasi konstan ini, terjadilah down-regulasi
dan desensitisasi reseptor membran sel, dan sekresi gonadotropin akan terhenti.
Molekul antagonis berikatan dengan reseptor membran sel dan gagal mengirimkan
pesan dan karenanya merupakan inhibitor kompetitif. Berbagai agonis GnRH
digunakan untuk terapi endometriosis, leiomioma uteri, pubertas prekoks, kanker
kelenjar prostat, hiperandrogenisme ovarium, dan sindrom pramenstruasi.
Secara tegas dikatakan, progestin bukan antagonis estrogen. Progestin
dapat memodifikasi kerja estrogen dengan menyebabkan deplesi reseptor estrogen.
Juga terdapat bukti bahwa progestin dapat menghambat aktivasi transkripsi oleh
reseptor estrogen. Disamping itu, progestin dapat menginduksi aktivitas enzim
yang mengubah estradiol poten menjadi estron sulfat yang tidak poten, yang
kemudian disekresikan dari sel. androgen memang memblokade kerja estrogen,
tetapi mekanismenya tidak sepenuhnya jelas. Daripada berupa dampak langsung
pada kadar reseptor estrogen, kerja androgen lebih diarahkan kepada aktivitas
gen setelah terjadinya pengikatan reseptor estrogen. Tingginya kadar androgen
dapat menimbulkan dampak estrogen dan progestasional dengan berikatan dengan
reseptor estrogen dan progesteron.
BAB III
PENUTUP
·
Hormon didefinisikan sebagai suatu substansi
yang diproduksi pada suatu jaringan khusus, yang kemudian dilepaskan ke dalam
aliran darah, dan kemudian menuju ke sel yang responsif yang jaraknya cukup
jauh, dimana hormon tersebut mengeluarkan efeknya yang khas
·
Hormon pelepas gonadotropin (GnRH) merupakan
peptida hipotalamik yang dilepaskan secara pulsatif ke dalam sistem aliran
darah portal hipotalamus-hipofisis yang memasok kelenjar hipofisis anterior
·
Kelenjer hipofisis memproduksi dua gonadotropin
yaitu LH (luteinizing hormone) dan FSH (follicle stimulating hormone). Keduanya
sangat penting untuk fungsi gonad dan reproduksi manusia.
·
Follicle
Stimulating Hormone (FSH)
FSH terikat dengan
reseptor spesifik pada membarn plasma sel tergetnya, yakni sel folikel di
ovarium dan sel sertoli di testis. Peristiwa ini akan mengaktifkan enzim
adenilil siklase dan meningkatkan produksi cAMP.
·
Luteinizing Hormone
(LH)
LH terikat pada
reseptor memberan plasma yang spesifik dan menstimulasi produksi progesterone
ole sel korpus luteum dan produksi testosterone oleh sel leyding.
· Progesteron
Seperti steroi lain, estrogen berikatan dengan reseptor protein di inti
sel dan kompleks ini berikatan dengan DNA, mendorong pembentukan mRNA yang
kemudian menyebabkan sintesis protein baru yang memodifikasi fungsi sel
DAFTAR PUSTAKA
Leon Speroff, Robert H. Glass, Nathan G. Kase. 1999. Clinical
Gynecologic Endocrinology and Infertility 6th ed:Lippincott Williams & Wilkins
Pedro J. Chedrese. Reproductive Endocrinology A Molecular Approach.
Canada : Sfingter
How to make money from online casino games in the USA
BalasHapusOnline casino games offer a way to wager real money. However, casino games may take งานออนไลน์ an How do I make money from online casino games in the USA?What are the best online casino games for USA?