Rabu, 28 Oktober 2015

hormon gonadotripin: biosintesis, sekresi, reseptor dan aksi



GONADOTROPIC HORMONES:
BYOSYNTHESIS, SECRETION, RECEPTORS, AND ACTION




NIM                  : 1420332013


`


PASCA SARJANA KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS PADANG
TA. 2015/2016


KATA PENGANTAR


Alhamdulillah dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang maha pengasih dan penyayang yang telah memberikan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tentang “Biosynthesis, secretion, receptors, and action”.
Makalah ini merupakan salah satu tugas yang di berikan kepada penulis dalam rangka meningkatkan pemahaman terhadap mata kuliah “Endokrinologi Reproduksi”. Penulis mengharapkan dengan adanya makalah  ini, dapat menjadi energi teleologis dalam penunjang pemahaman akan pentingnya pengetahuan tentang Endokrinologi Reproduksi.
Akhirnya, penulis menyadari dalam penulisan makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis  menerima kritik dan saran yang menbangun agar penyusunan makalah selanjutnya menjadi lebih baik.
Wassalamu’alikum Wr. Wb.                

Padang, 06 September   2015

  Penulis


DAFTAR ISI

 




BAB I
PENDAHULUAN


1.1.Latar Belakang

Gonadotropin adalah glikoprotein dengan berat molekul 30.000 dalton dan mengandung lebih kurang 20 % karbohidrat. Karbohidrat yang dikandungnya terdiri dari fukosa, mannosa, galaktosa, glukosamin asetil dan N-asam neuraminik asetil.
Glikoprotein hormon yang membentuk asam sialik terdiri dari 20 residu glikoprotein ditambah 6 unit karbohidart membentuk hCG, 5 residu glikoprotein dengan 1 unit korbohidrat membentuk FSH dan 2 residu serta 1 unit karbohidarat membentuk LH.
Sintesa hormon steroid seks diproduksi terutama oleh gonad dan diatur oleh dua jenis hormon gonadotrofik yang dihasilkan oleh adenohipofise. Follicle stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH) dari hipofise membawa pengaruh baik pada ovarium maupun testis. FSH terutama bertanggung jawab pada pengaturan perkembangan sel germinal pada kedua jenis kelamin dan sintesis estrogen ovarium wanita. LH dan hCG merangsang sintesis steroid seks androgenik baik pada testis maupun ovarium, dan produksi progesterone oleh korpus luteum. LH, FSH, dan hCG tidak mempunyai aktifitas klinis penting diluar traktus reproduksi.
Steroid seks dianggap sebagai satu-satunya pengatur produksi hormon gonadotropin. Akhir-akhir ini, peptida gonad mempunyai sifat pengatur penting sekresi FSH. Inhibin dan follistatin menekan pelepasan FSH, dan aktivin merangsang pelepasan FSH. Berdasarkan glikoprotein yang dikandung, hormon gonadotropin, terdiri dari 2 subunit, yaitu subunit α dan subunit β. Subunit α berfungsi sebagai struktur hormon yang terdiri dari 92 asam amino, sedangkan subunit β berfungsi sebagai hormon yang dikandung oleh hCG, FSH dan LH dengan asam amino yang bervariasi 116 hingga 147.

1.2.Tujuan Penulisan

·             Mengetahui tentang gonodotropin hormon
·             Memenuhi tugas mata kuliah endokrinologi


BAB II
PEM
BAHASAN

Description: 01
Secara  klasik  hormon didefinisikan sebagai suatu substansi yang diproduksi pada suatu jaringan khusus, yang kemudian dilepaskan ke dalam aliran darah, dan kemudian menuju ke sel yang responsif yang jaraknya cukup jauh, dimana hormon tersebut mengeluarkan efeknya yang khas.
Kemampuan sel yang secara luas dapat memproduksi hormon menjelaskan teka-teki ditemukannya hormon di tempat-tempat yang aneh, seperti hormon gastrointestinal ditemukan di otak, hormon reproduksi di sekresi intestinal, dan kemampuan sel kanker yang secara tak terduga mampu memproduksi hormon. Dari dulu hingga sekarang ini hormon dan neurotransmitter dianggap sebagai suatu sarana komunikasi. Tidaklah mengherankan bahwa karena setiap sel mengandung gen-gen yang penting untuk ekspresi hormonal, maka sel kanker, karena hilangnya diferensiasi, mengakibatkan ia tidak mampu mentup ekspresi gen, sehingga memproduksi hormon pada lokasi, dan waktu  yang tidak sesuai.



2.1.Pengertian GnRH

Hormon pelepas gonadotropin (GnRH) merupakan peptida hipotalamik yang dilepaskan secara pulsatif ke dalam sistem aliran darah portal hipotalamus-hipofisis yang memasok kelenjar hipofisis anterior. Sekresi pulsatif tersebut mempertahan kan fungsi gonadotrop hipofisis anterior untuk melepaskan gonadotropin LH dan FSH yang diperlukan untuk fungsi ovarium dan testis yang baik. GnRH merupakan suatu neurohormon yang terdiri dari 10 asam amino yang dihasilkan dalam inti arkuata dari hipotalamus. Efek GnRH pada sekresi LH dan FSH tidak benar-benar sesuai dan variasi yang mungkin disebabkan oleh faktor-faktor modulasi lain seperti konsentrasi serum hormon steroid (zat yang dikeluarkan oleh korteks adrenal, testis dan ovarium
Karakteristik dari semua hormon pelepas dan paling mencolok dalam kasus GnRH adalah fenomena sekresi berdenyut. Dalam keadaan normal GnRH dilepaskan secara pulsatif pada interval sekitar 90 sampai 120 menit. Dalam rangka meningkatkan konsentrasi gonadotropin serum pada pasien dengan defisiensi GnRH, hormon pelepas harus diberikan secara pulsatif. Sebaliknya, pengaturan konstan GnRH menekan sekresi gonadotropin yang memiliki manfaat terapeutik pada pasien tertentu, seperti anak-anak dengan pubertas prekoks dan laki-laki dengan kanker prostat. Neuron yang mengeluarkan gonadotropin-releasing hormone memiliki koneksi ke area dari otak yang dikenal sebagai sistem limbik, yang terlibat dalam pengendalian emosi dan aktivitas seksual. Pada tikus yang kekurangan kelenjar hipofisis dan ovarium tetapi diberikan dalam jumlah fisiologis estrogen, suntikan hasil GnRH dalam perubahan karakteristik postur dari sikap reseptif perempuan untuk melakukan hubungan seksual.
Satu proses yang penting dalam kontrol gonadotropik terhadap fungsi ovarium adalah pulsatil alamiah dari pelepasan LH dan FSH oleh hipofisis. Frekuensi denyut dan amplitudo dari pelepasan gonadotropin secara mendalam diatur oleh hormon steroid ovarium. Tidak adanya mekanisme umpan balik gonadal, seperti pada wanita postmenonopause atau ovariektomi, peningkatan kadar gonadotropin dipertahankan oleh peningkatan amplitudo dan frekuensi dari pelepasan pulsatil. Ada variabilitas individual dalam pola yang benar dari pelepasan pulsatil dari GnRH. Pada satu fase dari siklus menstruasi wanita, ketika estrogen dari ovarium berada pada kadar terendah (fase folikuler awal), frekuensi denyut mencapai 90 menit tiap denyutnya. Kemudian, sebagaimana peningkatan estrogen, frekuensi denyut meningkat menjadi setiap 60 menit. Setelah ovulasi, ada penurunan yang bermakna dan pogresif dalam frekuensi denyut menjadi satu denyuttiap 360 menit. Perlambatan dari frekuensi denyut berhubungan dengan durasi paparan terhadap progesteron, yang disekresikan setelah ovulasi.Pada kera rhesus maupun pada manusia denyut intermitten GnRH tiap 60-90 menit merangsang pelepasan LH dan FSH tanpa batas. Pada kera rhesus, perubahan dalam frekuensi denyut GnRH dapat secara selektif meningkatkan atau menurunkan kadar serum baik FSH maupun LH.

2.2.Biosintesis

Kelenjer hipofisis memproduksi dua gonadotropin yaitu LH (luteinizing hormone) dan FSH (follicle stimulating hormone). Keduanya sangat penting untuk fungsi gonad dan reproduksi manusia. Bersama dengan TSH (thyroid stimulating hormone), LH dan FSH membentuk kelompok utama hipofisis anterior yang dikenal sebagai hormon glikoprotein. Hormon pertumbuhan dan prolaktin membentuk kelompok kedua dari hormon yang berhubungan secara struktural, sedangkan kortikotropin, lipotropin, mekanotropin dan endorphin membentuk kelomok hormone ketiga. Pada hipofisis GnRH merangsang sintesis dan sekresi gonadotropin, follicle-stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH). Proses ini dikendalikan oleh ukuran dan frekuensi denyut GnRH, serta oleh umpan balik dari androgen dan estrogen. Frekuensi rendah GnRH pulsatif  menyebabkan pelepasan FSH, sedangkan frekuensi tinggi GnRH pulsatif merangsang pelepasan LH. LH, FSH dan TSH secara struktural memiliki kemiripan, hormon tersebut dibentuk oleh dua subunit protein yang berbeda dan terikat secara nonkovalen yang disebut subunit q dan ß.
Gonadotropin yang spesifik pada kehamilan yaitu hCG (human chorionic gonadotropin) merupakan glikoprotein keempat yang dibentuk oleh rantai q dan ß. Subunit A untuk keempat hormone ini adalah identik sub unit B berbeda pada setiap homon, sehingga memberi kekhususan pada setiap dimer qß. Rantai B untuk LH dan hCG merupakan yang termirip dengan homologi sebesar 82%. Ciri ini sangat penting dalam mengenali dan mempertahankan kehamilan awal.
Sintesis GnRH terjadi di dalam nukleus arkuatus dan disalurkan sepanjang akson sel neuroendokrin melalui eminensia mediana hipotalamus. Pelepasan GnRH dilakukan dalam bentuk pulsasi dan dalam keadaan basal frekuensinya satu denyut setiap jam. Frekuensi pelepasan GnRH paling cepat terjadi pada fase folikular dan sedikit melambat pada fase luteal awal dan paling lambat pada fase luteal lanjut,  frekuensi denyut yang cepat akan membantu sekresi LH dan frekuensi denyut yang lambat membantu pelepasan FSH. Denyut yang lambat pada fase luteal lanjut dibutuhkan untuk meningkatkan kadar FSH yang penting untuk memulai siklus menstruasi lebih lanjut.
Biosintesis dan sekresi FSH dan LH dikendalikan secara ketat selama siklus reproduksi. Fungsi gonadotropin dimodulasi oleh faktor hipotalamus (GnRH, gonadotropin releasing hormone), faktor hipofisis (regulasi autokrin) dan umpan balik gonad (steroid dan peptide reproduksi). Terdapat berbagai cara untuk meregulasi FSH dan LH, termasuk perubahan transkripsi gen, stabilisasi mRNA, laju sintesis subunit protein, glikosilasi pasca translasi dan perubahan jumlah sel penghasil gonadotropin. Dekapeptida hipotalamus yaitu GnRH disintesis didalam nukleus arkuata di mediobasal hipotalamus dan daerah preooptik di hipotalamus anterior. GnRH disalurkan sepanjang akson akson sel neuroendokrin khusus ini melalui eminensia mediana hipotalamus dimana GnRH secara normal dilepaskan ke system darah portal yang memperdarahi hipofisis anterior. Tidak seperti sebagian besar hormon lain, GnRH secara normal dilepaskan dalam bentuk pulsasi. Suatu generator denyut tampaknya terletak didalam hipotalamus mediobasal dan mungkin terbatas untuk neuron penghasil GnRH itu sendiri.
Mari sekarang kita mengikuti satu molekul estradiol dalam hal riwayat kerjanya dan untuk mendapatkan gambaran menyeluruh bagaimana hormon dibentuk, bekerja, dan dimetabolisme. Estradiol memulai masa hidupnya dengan disintesis di dalam satu sel khususnya sel yang sesuai dengan tugasnya. Agar biosintesis ini dapat terlaksana haruslah terdapat enzim yang sesuai dan  mampu bersama dengan prekursor yang sesuai pula. Pada wanita dewasa, sumber dasar dari estradiol adalah sel granulosa dari folikel yang sedang berkembang dan korpus luteum. Sel-sel ini mempunyai kemampuan untuk memulai steroidogenesis sebagai respon terhadap stimulus spesifik. Agen yang menstimulus adalah gonadotropin, follicle-stimulating  hormone (FSH) dan luteinizing hormne (LH). Langkah awal proses ini yang akan meningkatkan kadar estradiol adalah transmisi pesan dari agen stimuli kepada mekanisme produksi steroid di dalam sel.
Pesan-pesan yang menstimulir steroidogenesis haruslah ditransmisi melalui membran sel. Hal ini penting karena gonadotropin, menjadi glikopeptida yang besar sekali, tidak seperti biasanya memasuki sel, tetapi harus berkomunikasi dengan sel tersebut dengan bergabung dengan reseptor spesifik di permukaan membran sel. Dengan mengaktifkan serangkaian tahap komunikasi. Sejumlah penelitian telah dilakukan untuk mengetahui metode komunikasi ini. E.W Sutherland, Jr., menerima Hadiah Nobel pada tahun 1971 karena mengajukan konsep second messenger.
Gonadotropin, messenger pertama, mengaktifkan suatu enzim di dalam membran sel yang disebut adenylate cyclase. Enzim ini mengirimkan pesan dengan cara mengkatalisir produksi suatu messenger kedua di dalam sel, cyclic adenosine 3’.5’-monophosphat (cyclic AMP), lebih menyerupai tongkat kecil pada lomba estafet.
Cyclic AMP, messenger kedua, mengawali proses steroidogenesis, yang mengakibatkan sintesis dan sekresi hormon estradiol. Gagasan transmisi pesan ini semakin berkembang menjadi lebih kompleks dengan memperhatikan aspek fisiologis, seperti heterogenisitas hormon peptida, regulasi up-and-down membran sel reseptor, aktivitas regulasi adenylate cyclase, dan jalur penting untuk faktor regulasi autokrin dan parakrin.
Sekresi estradiol ke dalam aliran darah langsung setelah disintesis. Begitu berada di dalam aliran darah, estradiol  bertahan dalam dua bentuk, terikat dan bebas.  Sebagian besar dalam bentuk berikatan dengan protein pembawa, yaitu albumin dan sex steroid hormone-binding globulin. Aktivitas biologik suatu hormon terbatas karena dalam bentuk berikatan di dalam darah, hal ini dapat mencegah terjadinya efek yang ekstrim secara tiba-tiba. Sebagai tambahan, bentuk berikatan ini mencegah agar tidak cepat dimetabolisme, sehingga memungkin hormon untuk berada dalam jangka waktu yang lama untuk dapat mengeluarkan efek biologisnya. Mekanisme yang menyerupai reservoar ini mencegah kelebihan atau kekurangan kadar hormon hingga memungkinkan kadar dan efek hormon selalu stabil.     
Efek biologik metabolik hormon tergantung pada kemampuan sel untuk mensintesis dan mempertahankan hormon. Estradiol yang telah berikatan dengan protein, tetapi berada secara bebas di aliran darah segera akan masuk ke dalam sel secara difusi yang cepat untuk bisa mengeluarkan efeknya,bagaimanapun juga estradiol harus berikatan dengan reseptor dalam sel. Pekerjaan reseptor adalah untuk membantu transmisi pesan dari hormon menuju transkripsi inti gen. Hasilnya adalah diproduksinya messenger RNA yang mengakibatkan sintesis protein dengan respon seluler sesuai dengan karakteristik hormon.
Begitu estradiol telah menyelesaikan misinya, ia dilepaskan lagi kedalam aliran darah. Estradiol dapat melakukan tugasnya beberapa kali sebelum hilang dari sirkulasi akibat dimetabolisme. Sebaliknya, banyak molekul yang dimetabolisme tanpa sempat mengeluarkan efeknya. Tidak seperti estradiol, hormon lain seperti testosteron, dimetabolisme dan dirubah didalam sel setelah mengeluarkan efek hormonnya.Pada kasus terakhir, suatu steroid dilepas kedalam aliran darah, sebagai suatu komponen yang aktif. Clearens steroid dari darah bervariasi tergantung pada struktur molekulnya.
Sel yang mampu melakukan clearing estradiol dari sirkulasi menyelesaikan tugas ini secara biokimiawi, dirubah ke estroal dan estriol, masing-masing merupakan estrogen yang efektivitasnya moderat dan yang sangat lemah ( dan melakukan konjugasi untuk memproduksinya menjadi fraksi yang larut air dan diekskresikan kedalam urin dan empedu (sulfo dan glukoro kunjugates).

a)      Komunikasi sel
·         Komunikasi Parakrin
Komunikasi interseluler yang meliputi difusi lokal substansi regulasi dari satu sel ke sel-sel yang terdekat.
·          Komunikasi Autokrin
Komunikasi intraseluler sel dimana satu sel tunggal memproduksi substansi regulasi yang berinteraksi ke reseptor atau ke dalam sel yang sama.
·         Komunikasi Intrakrin
Merupakan bentuk komunikasi intraseluler yang terjadi jika substansi yang tidak disekresi berikatan dengan reseptor intraseluler.

b)     Lipoprotein dan kolesterol
Kolesterol adalah bahan dasar untuk steroidogenesis. Seluruh organ yang memproduksi steroid kecuali plasenta dapat membentuk kolesterol dari asetat. Progestin, androgen, dan estrogen dapat disintesis insitu diberbagai jaringan kompartemen ovarium dari dua molekul asetat karbon melalui kolesterol sebagai prekursor steroid yang umum. Meskipun demikian, sintesis insitu tidak bisa memenuhi kebutuhan dan oleh sebab itu sumber utama adalah kolesterol darah yang memasuki sel-sel ovarium dan dapat dimasukkan kedalam rangkaian biosintesis atau disimpan dalam bentuk ester untuk dipakai kemudian hari. Masuknya kolesterol ke dalam sel dimediasi melalui reseptor membran sel untuk lowdensity lipoprotein ( LDL ) yang merupakan pembawa kolesterol dalam aliran darah.
Lipoprotein adalah molekul yang besar yang memfasilitasi transport lemak nonpolar di dalam cairan solvent polar, yaitu plasma darah. Terdapat lima kategori mayor lipoprotein berdasarkan nilai dan densitasnya ( flotasi saat di ultrasentrifugasi ).
Steroidogenesis
Seluruh jalur biosintesis steroid mengikuti pola dasar yang ditunjukkan oleh semua organ endokrin yang memproduksi steroid. Dengan demikian, tidaklah mengherankan bahwa ovarium manusia normal memproduksi seluruh tiga kelas steroid sex ; estrogen, progestin, dan androgen. Pentingnya androgen ovarium perlulah diperhatikan, tidak hanya sebagai prekursor obligat untuk estrogen, tetapi juga penting secara klinis. Ovarium berbeda dengan testis dalam hal komplemen dasar enzim khusus dan juga distribusi produk sekresinya. Ovarium dibedakan dari kelenjar adrenal karena tidak adanya reaksi 21-hydroxylase dan 11β-hydroxylase. Sehingga glukokortikoid dan mineralokortikoid tidak diproduksi oleh jaringan ovarium normal.
Pandangan tradisional tentang steroidogenesis bahwa setiap tahap dimediasi oleh banyak enzim, yang berbeda dari satu jaringan ke jaringan lain.
Description: Click thumbnail to see full size image
Konversi dari kolesterol ke pregnenolon melalui hidroksilasi pada posisi karbon 20 dan 22, dilanjutkan dengan pelepasan rantai samping. Konversi kolesterol ke pregnenolon oleh P450 scc berlangsung di dalam mitokondria. Hal ini merupakan efek penting dari stimulasi hormon tropik, yang juga menyebabkan uptake substrat kolesterol untuk langkah ini. Hormon tropik dari hipofisis anterior berikatan ke permukaan sel reseptor dari sistem protein G, activate adenylase cyclase, dan meningkatkan siklik AMP intra seluler. Aktivitas siklik AMP menyebabkan transkripsi gen yang menyediakan enzim steroidogenik dengan protein asesoris. Lebih cepat lagi cyclic AMP menstimulasi hidrolisis cholesteryl ester dan transportasi kolesterol bebas ke mitokondria.

c)      Sistem Dua-Sel
Sistem Dua-sel adalah penjelasan logis tentang proses steroidogenesis. Penjelasan ini, pada mulanya dikemukakan oleh Fallek pada 1959, sekaligus membawa informasi tentang tempat produksi steroid secara spesifik, bersama dengan munculnya dan pentingnya reseptor hormon. Fakta-fakta berikut ini adalah penting ;
1.      Reseptor FSH terdapat di sel-sel granulosa
2.      Reseptor FSH diinduksi oleh FSH
3.      Reseptor LH terdapat di sel-sel theca dan pada mulanya tidak terdapat di sel-sel granulosa, tetapi bersamaan dengan perkembangan folikel, FSH memacu munculnya reseptor LH di sel-sel granulosa.
4.      FSH memacu aktivitas enzim aromatase di dalam sel-sel granulosa
5.      Mekanisme kerja diatas dimodulasi oleh faktor autokrin dan parakrin yang disekresi oleh sel-sel theca dan granulosa.


                                                                       
            Description: Click thumbnail to see full size image
d)     Transport steroid di dalam darah
Selama bersirkulasi di dalam darah, sebagian besar steroid sex yang penting, estradiol dan testosteron, berikatan dengan protein pembawa, yang dikenal dengan sex hormone- binding globulin ( SHBG ) yang diproduksi di hepar. 30 % lain berikatan longgar dengan albumin, sisanya hanya 1 persen yang tidak berikatan dan bebas. Sejumlah sangat kecil juga berikatan dengan corticosteroid-binding globulin. Hipertiroidism, kehamilan, dan pemberian estrogen meningkatkan kadar SHBG, sedangkan kortikosteroid, androgen, progestin, growth hormone, insulin, dan IGF-I menurunkan SHBG    
                                   

2.3.Ekskresi Steroid

Steroid aktif dan metabolitnya diekskresikan sebagai sulfo dan glukuro konjugat. Konjugasi steroid merubah ikatan hidrofobik menjadi hidrofilik yang secara umum mengurangi atau membatasi aktifitas steroid. Hal ini tidak seluruhnya benar, karena hidrolisis ikatan ester dapat terjadi pada jaringan target dan disimpan dalam bentuk aktif. Selanjutnya, estrogen konjugat bisa mempunyai aktifitas biologis, dan telah diketahui bahwa konjugat sulfat disekresi secara aktif dan bisa berperan sebagai prekursor, dijumpai di sirkulasi dalam konsentrasi dalam konsentrasi yang relatif tinggi karena berikatan dengan protein serum. Meskipun demikian biasanya konjugasi oleh hepar dan mukosa intestinal merupakan suatu tahap untuk deaktivasi sebelum diekskresi ke urin dan kandung empedu.
Description: Click thumbnail to see full size image

2.4.Sekresi Gonadotropin

Gen untuk subunit α dari gonadotropin diekspresikan dalam pituitari maupun plasenta. Subunit β untuk human chorionic gonadotropin (hCG) diekspresikan dalam plasenta tetapi hanya diekspresikan secara minimal (dan dengan perubahan dalam strukturnya) dalam pituitari, sedangkan subunit β LH, seperti yang diharapkan, diekspresikan dalam pituitari tetapi tidak banyak diekspresikan dalam plasenta. Studi-studi mengenai ekspresi gen gonadotropin memastikan hubungan yang ditemukan pada studi-studi terdahulu. Steroid seks akan menurunkan dan kastrasi akan meningkatkan kecepatan transkripsi gen gonadotropin seperti yang ditunjukkan oleh kadar RNA messenger spesifik. Disamping itu, steroid seks dapat bekerja pada tingkat membran, mempengaruhi interaksi GnRH dengan reseptornya.
Hormon Gonadotropin (GnRH) mensekresi FSH, LH, dan hCG. Kelompok hormone ini akan bertangggung jawab atas proses gametogenesis dan steroidogenesis di dalam kelenjar gonad.. Masing masing hormone ini merupakan glikoprotein dengan massa molekul sekitar 25 kDa.
1.      Follicle Stimulating Hormone (FSH)
FSH terikat dengan reseptor spesifik pada membarn plasma sel tergetnya, yakni sel folikel di ovarium dan sel sertoli di testis. Peristiwa ini akan mengaktifkan enzim adenilil siklase dan meningkatkan produksi cAMP.
2.      Luteinizing Hormone (LH)
LH terikat pada reseptor memberan plasma yang spesifik dan menstimulasi produksi progesterone ole sel korpus luteum dan produksi testosterone oleh sel leyding. Sinyal intrasel yang diberikan oleh kerja LH adalah cAMP. Nukleotida ini meniru kerja LH, yang mencakup peningkatan konversi asetat menjadi skkualen. (precursor untuksintesis kolesterol). Nukleotida ini akan meniru kerja LH, yang mencakup peningkatan konversi asetat menjadi skualen dan peneingkatan konversi kolesterol menejadi pregnenolon, yakni suatu tahap yang diperlukan dalam pembentukan progesterone dan testosterone.
Pengikatan antara LH dan produksi cAMP terdapat perangkaian yang erat, tetapi steroidegenesisi akan terjadi bila terdapat peningkatan cAMP dengan jumlah yang sangat kecil. Keterpajanan pada LH yang berlangsung lama akan mengakibatkan desensitisasi dan hal ini akanmeungkin terjadi akibat pengaturan yang menurunkan jumlah reseptor LH. Fenomena ini dapat dimanfaatkan sebagai sarana keluarga berencana yang efektif.

3.      Human Chorionik Gonadotropin (hCG)
hCG merupakan glikoprotein yang disintesis di sl sinsiotrofoblas plasenta. Hormone ini mempunyai struktur dimer AB yang khas bagi golongan ini dan paling menyerupai LH. Kadar hCG meningkat di dalam darah dan urine segera setelah implantasi ovum yang sudah dibuahi. Dengan demikian HCG merupakan dasar bagi pemeriksaan kehamilan.

Baik LH maupun FSH disekresikan oleh sel yang sama, yaitu gonadotrop, yang terutama terletak pada bagian lateral kelenjar pituitari dan responsif terhadap stimulasi pulsatil oleh GnRH. GnRH bergantung pada kalsium dalam mekanisme kerjanya dan menggunakan inositol 1,4,5-trifosfat (IP3) dan 1,2-diasilgliserol (1,2-DG) sebagai messenger kedua untuk merangsang aktivitas protein kinase dan siklik AMP. Respon-respon ini memerlukan sebuah reseptor protein G dan dikaitkan dengan pelepasan ion kalsium secara siklik dari simpanan intraseluler dan pembukaan channel membran sel untuk memungkinkan masuknya kalsium ekstraseluler. Karena itu, kalmodulin, protein kinase, dan siklik amp merupakan mediator-mediator kerja GnRH. Reseptor GnRH tipe I, anggota dari keluarga protein G, dikode oleh sebuah gen pada kromosom 14q21.1. Lokasi reseptor tipe II tidak dapat dipastikan; pada marmoset (sejenis monyet), reseptor tipe II terdapat dalam kromosom 1q. Peranan sebenarnya dari GnRH dan kedua reseptor GnRH pada mansuia masih harus ditentukan. Reseptor-reseptor GnRH diatur oleh banyak agen, termasuk GnRH itu sendiri, inhibin, aktivin, dan steroid seks. Penurunan respon gonadotropin terhadap terus berlanjutnya stimulasi GnRH berlebihan dan berkepanjangan tidak disebabkan olehhilangnya reseptor-reseptor GnRH saja tetapi juga meliputi desensitisasi dan uncoupling reseptor
Sintesis gonadotropin terjadi pda retikulum endoplasma yang kasar. Hormon ini dikirim kedalam granula-garanula sekretorik oleh sisterna Golgi dari aparat Golgi dan kemudian disimpan sebagai granulagranula sekretorik. Sekresi memerlukan migrasi (aktivasi) granulagaranula sekretorik matur menuju membran sel dimana perubahan permeabilitas membran menyebabkan penonjolan granula-garanula sekretorik sebagai respon terhadap GnRH. Langkah pembatasan kadar gonadotropin dalam sintesis gonadotropin adalah ketersediaan subunit beta dimana ketersediaan ini bergantung pada GnRH.
Pengikatan GnRH pada reseptornya dalam pituitari mengaktivasi berbagai messenger dan respon. Hal yang segera terjadi adalah pelepasan sekretorik gonadotropin, sedangkan respon lambat mengadakan persiapan untuk pelepasan sekretorik berikutnya. Salah satu dari respon lambat ini adalah kerja GnRH mematangkan diri sendiri yang menyebabkan timbulnya respon yang lebih besar terhadap pulsasi GnRH selanjutnya karena suatu seri kejadian biokimiawi dan biofisik intraseluler kompleks. Kerja mematangkan diri sendiri ini penting untuk mencapai peningkatan tinggi pada pertengahan siklus; ini memerlukan paparan estrogen, dan dapat diperbaiki oleh progesteron. Kerja progesteron yang penting ini bergantung pada paparan estrogen (untuk meningkatkan jumlah reseptor progesteron) dan aktivasi reseptor progesteron oleh fosforilasi yang dirangsang oleh GnRH. Kerja yang terakhir ini merupakan contoh komunikasi silang antara peptida dan reseptor hormon steroid.
Lima tipe sel sekretorik yang berbeda terdapat bersama-sama dalam kelenjar pituitari anterior: gonadotrop, laktotrop, tirotrop, somatotrop, dan kortikotrop. Interaksi autokrin dan parakrin berkombinasi untuk menyebabkan kontrol yang lebih kompleks terhadap sekresi pituitari daripada sekedar reaksi terhadap faktor-faktor pelepas dari hipotalamus dan modulasi oleh sinyal-sinyal umpan balik. Terdapat cukup banyak bukti eksperimental untuk menunjukkan adanya pengaruh stimulatorik dan inhibitorik dari berbagai substansi pada sel-sel sekretorik pituitari. Walaupun sistem GnRH merupakan mekanisme primer, peptida-peptida hipotalamus lain dapat mempengaruhi sekresi GnRH. Peptida dapat berinteraksi dengan GnRH pada pituitari; peptida dapat dikirim ke kelenjar pituitari dimana peptida tersebut akan langsung mempengaruhi gonadotropin (misalnya oksitosin, CRF, dan neuropeptida Y) atau secara tidak langsung memiliki efek pada sekresi FSH dan LH dengan merangsang pelepasan subsansi-substansi aktif dalam pituitari (misalnya glalanin, interleukin); dan aktivitas autokrin-parakrin melibatkan peptidapeptida yang disintesis oleh sel-sel pituitari.


2.5.Mekanisme Kerja Seluler

Di dalam sirkulasi hormon berada dengan konsentrasi yang sangat rendah, hal ini bertujuan untuk memberikan respon yang spesifik dan kerja yang efektif, sel target memerlukan adanya mekanisme yang spesifik. Ada 2 tipe utama kerja hormon di jaringan target.Pertama sebagai mediator kerja hormon tropik ( peptida dan hormon glikoprotein ) dengan reseptornya pada sel membran. Sebaliknya, kadar hormon steroid yang lebih sedikit siap memasuki sel, dan dasar mekanisme kerjanya adalah berikatan dengan reseptor spesifik didalam sel. Afinitas, spesifitas, dan aktivitas reseptor, bersama dengan konsentrasi reseptor yang banyak didalam sel, sehingga memungkinkan hormon dalam jumlah yang kecil bisa mengghasilkan respon biologis. Banyak tipe reseptor yang berbeda yang bisa dikenal sebagaimana kategori berikut ini :

Reseptor intraselular
Reseptor ini berada di nukleus menyebabkan proses transkripsi. Sebagai contoh reseptor untuk hormon estrogen dan tiroid.

Reseptor protein G
Reseptor ini terdiri atas suatu rantai polipeptida tunggal di membran sel. Berikatan dengan hormon spesifik menyebabkan interaksi dengan protein G. Sehingga mengaktivasi second mesenger contohnya reseptor untuk hormon tropik, prostaglandin, bau – bauan. Second messenger antara lain enzim adenilat siklase, sistem fosfolipase dan perubahan ion kalsium.

Ion Gate Channels
Reseptor dipermukaan sel ini terdiri dari berbagai unit, yang jika telah berikatan akan membuka saluran ion. Masuknya ion merubah aktivitas listrik sel. Contoh paling baik untuk tipe ini adalah asetil kolin .

Reseptor dengan aktivitas enzim intrinsik
Reseptor transmembrabn ini mempunyai komponen intraseluler dengan aktivitas tirosin kinase atau serin kinase. Jika berikatan akan memyebabkan autofosforilasi dan menjadi aktif. Contohnya reseptor untuk insulin dan growth factor dan reseptor untuk aktivin dan inhibin  ( serin kinase ).



Reseptor lain
Reseptor yang tidak memenuhi kategori diatas seperti reseptor untuk LDL, Prolaktin , Growth hormon dan beberapa growth hormon .

 


2.6.Reseptor estrogen

Seperti steroi lain, estrogen berikatan dengan reseptor protein di inti sel dan kompleks ini berikatan dengan DNA, mendorong pembentukan mRNA yang kemudian menyebabkan sintesis protein baru yang memodifikasi fungsi sel. Saat ini telah berhasil di klon dua reseptor estrogen: reseptor estrogen α (ER α ) dan reseptor β (ER β). Walaupun terjadi tumpang tindih, distribusi kedua reseptor ini berbeda.
Expresi (ER α ): di uterus, testis, hipofisis, ginjal, epididimis, dan adrenal
Expresi (ER β) : di ovarium, prostat, paru, kandung kemih, otak, tulang
Diperkirakan bahwa pengaturan fungsi oavrium oleh sumbu hipofisis – ovarium terutama diperantarai oleh (ER α ), sedangkan estrogen yang di sekresikan ke dalam folikel ovarium bekerja terutama melalui ER β.

2.7.Reseptor Progesteron

Reseptor progesteron diinduksi oleh estrogen pada tingkat transkripsi dan diturunkan oleh progestin pada tingkat transkripsi maupun translasi (mungkin melalui fosforilasi reseptor). Reseptor progesteron (dengan cara yang sama seperti reseptor estrogen) memiliki dua bentuk utama, disebut sebagai reseptor A dan B. Kedua bentuk reseptor ini diekspresikan oleh satu gen tunggal; kedua bentuk reseptor ini merupakan hasil dari transkripsi dari promoter-promoter yang berbeda, dalam sebuah sistem regulasi transkripsi yang kompleks. Tiap bentuk reseptor dikaitkan dengan protein-protein tambahan, yang penting untuk pelipatan polipeptida menjadi sebuah struktur yang memungkinkan terjadinya pengikatan hormon dan aktivitas reseptor. Berat molekul A adalah 94.000 dan berat molekul B adalah 114.000 dengan 933 asam amino, 164 buah lebih banyak daripada A. Reseptor B memiliki segmen upstream unik (164 asam amino) yang disebut sebagai segmen upstream B (BUS).
Description: gbr 4a
Pada reseptor progesteron, TAF-1 terletak pada segmen asam amino-91 tepat dibagian upstream dari domain pengikat DNA. TAF-2 terletak pada domain pengikat hormon. Sebuah fragmen yang tidak memiliki domain pengikat hormon akan mengaktivasi transkripsi sampai tingkat yang sebanding dengan reseptor B full-length yang diaktivasi oleh hormon, dan lebih tinggi daripada yang terjadi dengan reseptor A, sehingga lebih jauh daripada TAF-1 saja. Karena itu, pada sel-sel yang tepat BUS mengandung sepertiga domain aktivasi, TAF-3, dan secara otonom dapat mengaktivasi transkripsi atau dapat bersinergi dengan TAF lain. Pada tidak adanya pengikatan hormon, regio C-terminal pada reseptor progesteron akan mengeluarkan efek inhibitorik pada transkripsi. Agonis progesteron akan menginduksi perubahan konformasi yang dapat mengatasi fungsi inhibitorik inheren dalam ekor karboksi pada reseptor. Pengikatan dengan antagonis progesteron akan menimbulkan perubahan struktural yang memungkinkan dipertahankannya aksi inhibitorik.
Reseptor-reseptor progesteron berfungsi dalam mekanisme yang dimiliki bersama oleh superkeluarga reseptor ini: sebuah kompleks tak terikat dengan protein heat shock, pengikatan hormon, dimerisasi, pengikatan DNA kepada elemen respon progesteron, dan modulasi transkripsi oleh fosforilasi dan berbagai protein.
A dan B diekspresikan dalam jumlah yang kurang lebih seimbang pada sel kanker payudara dan sel kanker endometrium. Studi-studi menunjukkan bahwa kedua reseptor ini dapat diatur dengan bebas; misalnya kadar relatifnya berbeda dalam endometrium selama siklus menstruasi. Spesifitas jaringan dengan reseptor progesteron dipengaruhi oleh reseptor dan dimer mana yang aktif, dan disamping itu, aktivitas transkripsional A dan B bergantung pada perbedaan-perbedaan sel target, terutama dalam konteks promoter. Namun, pada kebanyakan sel, B merupakan  regulator positif untuk gen-gen yang responsif terhadap progesteron, dan A menghambat aktivitas B. Mutasi dalam terminus karboksi B akan mempengaruhi aktivitas transkripsional B. Tetapi mutasi pada A tidak memiliki dampak pada aktivitas inhibitorik transkripsional-nya. Hal ini menunjukkan adanya dua jalur yang berbeda untuk aktivasi dan represi transkripsi oleh reseptor progesteron. Karena itu, represi aktivitas transkripsional reseptor estrogen manusia (demikian juga transkripsi glukokortikoid, mineralokortikoid, dan androgen) bergantung pada ekspresi A.
Luasnya aktivitas A sehubungan dengan semua steroid menunjukkan bahwa A mengatur kerja hormon steroid dimanapun A diekspresikan. A tidak membentuk heterodimer dengan reseptor estrogen. A tidak mencegah reseptor estrogen untuk berikatan dengan DNA. A tidak menyebabkan perubahan struktur reseptor estrogen. Karena itu, A mungkin berkompetisi dengan reseptor estrogen untuk sebuah protein yang penting; dalam hal ini A akan menghambat reseptor estrogen hanya pada sel-sel yang mengandung faktor yang sangat penting tersebut. Atau jika target merupakan protein yang sangat penting, maka sekali lagi merupakan aktivator transkripsi yang esensial.

2.8.Reseptor Androgen

Mekanisme seluler untuk androgen lebih kompleks. Androgen dapat bekerja pada salah satu dari ketiga cara berikut.
1.    Melalui konversi intraseluler testosteron menjadi dihidrotestosteron (DHT), aktivitas intrakrin.
2.    Melalui testosteron itu sendiri, aktivitas endokrin.
3.    Melalui konversi intraseluler testosteron menjadi estradiol (aromatisasi), aktivitas intrakrin.
Description: gbr 5
Jaringan-jaringan yang secara eksklusif bekerja melalui jalur testosteron merupakan derivat duktus Wolffii, sedangkan folikel rambuh dan derivat-derivat sinus urogenitalis dan tuberkel urogenitalis memerlukan konversi testosteron menjadi DHT. Hipotalamus secara aktif mengubah androgen menjadi estrogen; akibatnya, mungkin diperlukan aromatisasi untuk pesan-pesan umpan balik androgen tertentu dalam otak.
Pada sel-sel yang hanya merespon kepada DHT, hanya DHT yang akan ditemukan dalam inti yang mengaktivasi produksi messenger RNA. Karena testosteron dan DHT berikatan dengan reseptor androgen afinitas tinggi yang sama, mengapa perlu adanya mekanisme DHT?. Sebuah penjelasan adalah bahwa hal ini merupakan mekanisme untuk memperkuat kerja androgen, karena reseptor androgen akan lebih cenderung berikatan dengan DHT (afinitasnya lebih besar). Antiandrogen, termasuk siproteron asetat dan spironolakton, berikatan dengan reseptor androgen dengan kurang lebih 20% dari afinitas testosteron. Afinitas lemah ini ditandai oleh pengikatan tanpa aktivasi respon biologis.
Description: gbr 6

Reseptor androgen, seperti reseptor progesteron, terdapat dalam bentuk B full-length dan bentuk A yang lebih pendek. Mungkin saja bahwa bentuk A dan B dari reseptor androgen ini memiliki perbedaan fungsional. Sekuens asam amino dari reseptor androgen pada domain pengikat DNA menyerupai sekuens asam amino reseptor untuk progesteron, mineralokortikoid, dan glukokortikoid tetapi paling mirip dengan reseptor progesteron. Dapat terjadi reaksi silang untuk reseptor-reseptor androgen dan progestin tetapi hanya jika kedua hormon ini terdapat dalam konsentrasi farmakologis.
Progestin tidak hanya berkompetisi untuk reseptor androgen tetapi juga berkompetisi untuk penggunaan enzim 5α-reduktase untuk metabolisme. Dihidroprogesteron yang dihasilkan juga berkompetisi dengan testosteron dan DHT untuk reseptor androgen. Karena itu, suatu progestin dapat bertindak sebagai antiandrogen maupun sebagai antiestrogen. Eskpresi gen responsif androgen dapat juga dimodifikasi oleh estrogen; telah bertahun-tahun diketahui bahwa androgen dan estrogen dapat melakukan kerja melawan respon biologis satu sama lain. Respon jaringan target ini ditentukan oleh interaksi gen dengan kompleks hormon-reseptor, androgen dengan reseptornya dan estrogen dengan reseptornya. Respon biologis akhir mencerminkan keseimbangan kerja hormon-hormon yang berbeda dengan reseptor-reseptornya, yang dimodofikasi oleh berbagai regulator transkripsi.
Sindrom feminisasi testikuler (insensitivitas androgen) merupakan suatu kelainan kongenital dalam reseptor androgen intraseluler (kurang lebih 200 mutasi unik telah diidentifikasikan). Gen reseptor androgen terletak pada kromosom X manusia pada Xq11-12, merupakan satu-satunya reseptor hormon steroid yang terletak pada kromosom X. karena itu, feminisasi testikuler merupakan kelainan X-linked. Studi-studi molekuler pada pasien-pasien dengan feminisasi testikuler telah menunjukan bahwa delesi asam amino dari domain pengikat steroid disebabkan oleh perubahan nukleotida dalam gen yang mengkode reseptor androgen. Apa yang dahulu membingungkan sekarang mudah dipahami sebagai peningkatan progresif dalam kerja reseptor androgen. Pada satu ujung, sama sekali tidak ada pengikatan androgen - feminisasi testikuler komplit. Bagian tengah merupakan suatu spektrum gambaran klinis yang mencerminkan berbagai derajat reseptor dan pengikatan yang tidak normal. Pada ujung yang lain, pernah dikatakan bahwa sekitar 25% dari semua pria infertil dengan genitalia normal dan riwayat keluarga normal mengalami azoospermia akibat kelainan reseptor.
Reseptor androgen juga memegang peranan dalam fisiologi neuron motoril, karena suatu mutasi spesifik dalam reseptor androgen bertanggung jawab untuk terjadinya penyakit Kennedy (atrofi muskuler spinobulbaris X-linked), suatu keadaan yang dikaitkan dengan degenerasi neuron motorik.

2.9.Kerja Nongenomik Dari Hormon Steroid

Efek genomik hormon steroid ditandai oleh relatif lambatnya waktu respon yaitu 1 jam atau lebih. Namun, beberapa efek hormon  steroid dapat segera terjadi, dalam hitungan beberapa detik, dan untuk mencapai respon yang cepat ini maka mekanisme nongenomik harus bekerja. Respon yang cepat ini juga tidak terpengaruh oleh inhibitor transkripsi gen atau sintesis protein. Aksi cepat pernah dilaporkan terjadi pada semua hormon steroid dan termasuk transpor kalsium dan sodium melalui membran, efek neural, dan reaksi oosit dan sperma tertentu.
Sistem messenger dan efektor yang digunakan bervariasi dari sel ke sel dan dari steroid ke steroid. Telah diidentifikasikan reseptor membran sel spesifik untuk berbagai steroid; namun, selama ini sulit untuk menunjukkan peranan fisiologis untuk daerah-daerah pengikat ini. Namun demikian, penelitian sejauh ini menunjukkan bahwa hormon steroid dapat berikatan dengan reseptor membran dan memicu perubahan cepat dalam sistem transpor elektrolit. Vasodilatasi yang diinduksi estrogen yang terjadi dalam arteri koroner dianggap dimediasi, setidaknya sebagian, melalui mekanisme fluks kalsium nongenomik.

2.10.        Agonis Dan Antagonis

Agonis adalah sebuah substansi yang merangsang respon. Antagonis jelas menyebabkan hambatan komplit terhadap kerja agonis. Aktivitas agonistik terjadi mengikuti pengikatan reseptor yang kemudian akan menyebabkan stimulasi pesan yang dikaitkan dengan reseptor tersebut. Aktivitas antagonistik terjadi mengikuti pengikatan reseptor dan ditandai oleh blokade pesan reseptor atau tidak terkirimnya pesan. Kebanyakan senyawa yang digunakan dalam cara ini dan yang berikatan dengan reseptor inti hormon memiliki campuran respon agonis dan antagonis, bergantung pada jaringan dan lingkungan hormonal. Contoh-contoh antagonis mencakup tamoksifen, RU486, dan antagonis reseptor histamin.

Antagonis short-acting, seperti estriol, sebenarnya merupakan kombinasi agonisme dan antagonisme bergantung pada waktunya. Respon estrogen jangka pendek dapat timbul karena estriol berikatan dengan reseptor inti, tetapi respon jangka panjang tidak terjadi karena pengikatan ini berlangsung untuk waktu pendek. Antagonisme timbul bila estriol berkompetisi dengan estradiol untuk reseptor. Namun, jika keberadaan hormon lemah, estriol, dapat dipertahankan secara konstan, maka pengikatan jangka panjang mungkin terjadi, dan dapat timbul respon estrogen yang poten.

Klomifen dan tamoksifen merupakan campuran agonis dan antagonis estrogen. Endometrium sangat sensitif terhadap respon agonistik, sedangkan payudara lebih sensitif terhadap respon antagonistik. Kerja antagonistik merupakan akibat dari pengikatan reseptor inti dengan perubahan dalam pemrosesan DNA reseptor normal dan kegagalan memenuhi reseptor hormon, sehingga akhirnya menyebabkan deplesi.
Perubahan molukel GnRH menimbulkan kerja agonis maupun antagonis. GnRH merupakan dekapeptida; antagonis menunjukkan substitusi pada beberapa posisi, sedangkan agonis menunjukkan substitusi pada pada posisi 6 atau 10.
Molekul agonis GnRH pertama-tama akan merangsang kelenjar pituitari untuk mensekresi gonadotropin, kemudian karena adanya stimulasi konstan ini, terjadilah down-regulasi dan desensitisasi reseptor membran sel, dan sekresi gonadotropin akan terhenti. Molekul antagonis berikatan dengan reseptor membran sel dan gagal mengirimkan pesan dan karenanya merupakan inhibitor kompetitif. Berbagai agonis GnRH digunakan untuk terapi endometriosis, leiomioma uteri, pubertas prekoks, kanker kelenjar prostat, hiperandrogenisme ovarium, dan sindrom pramenstruasi.

Secara tegas dikatakan, progestin bukan antagonis estrogen. Progestin dapat memodifikasi kerja estrogen dengan menyebabkan deplesi reseptor estrogen. Juga terdapat bukti bahwa progestin dapat menghambat aktivasi transkripsi oleh reseptor estrogen. Disamping itu, progestin dapat menginduksi aktivitas enzim yang mengubah estradiol poten menjadi estron sulfat yang tidak poten, yang kemudian disekresikan dari sel. androgen memang memblokade kerja estrogen, tetapi mekanismenya tidak sepenuhnya jelas. Daripada berupa dampak langsung pada kadar reseptor estrogen, kerja androgen lebih diarahkan kepada aktivitas gen setelah terjadinya pengikatan reseptor estrogen. Tingginya kadar androgen dapat menimbulkan dampak estrogen dan progestasional dengan berikatan dengan reseptor estrogen dan progesteron.
Description: gbr 7
BAB III
PENUTUP
·         Hormon didefinisikan sebagai suatu substansi yang diproduksi pada suatu jaringan khusus, yang kemudian dilepaskan ke dalam aliran darah, dan kemudian menuju ke sel yang responsif yang jaraknya cukup jauh, dimana hormon tersebut mengeluarkan efeknya yang khas
·         Hormon pelepas gonadotropin (GnRH) merupakan peptida hipotalamik yang dilepaskan secara pulsatif ke dalam sistem aliran darah portal hipotalamus-hipofisis yang memasok kelenjar hipofisis anterior
·         Kelenjer hipofisis memproduksi dua gonadotropin yaitu LH (luteinizing hormone) dan FSH (follicle stimulating hormone). Keduanya sangat penting untuk fungsi gonad dan reproduksi manusia.
·         Follicle Stimulating Hormone (FSH)
FSH terikat dengan reseptor spesifik pada membarn plasma sel tergetnya, yakni sel folikel di ovarium dan sel sertoli di testis. Peristiwa ini akan mengaktifkan enzim adenilil siklase dan meningkatkan produksi cAMP.
·         Luteinizing Hormone (LH)
LH terikat pada reseptor memberan plasma yang spesifik dan menstimulasi produksi progesterone ole sel korpus luteum dan produksi testosterone oleh sel leyding.

·         Progesteron

Seperti steroi lain, estrogen berikatan dengan reseptor protein di inti sel dan kompleks ini berikatan dengan DNA, mendorong pembentukan mRNA yang kemudian menyebabkan sintesis protein baru yang memodifikasi fungsi sel


DAFTAR PUSTAKA


Leon Speroff, Robert H. Glass, Nathan G. Kase. 1999. Clinical Gynecologic Endocrinology and Infertility 6th ed:Lippincott Williams & Wilkins

Pedro J. Chedrese. Reproductive Endocrinology A Molecular Approach. Canada : Sfingter

1 komentar:

  1. How to make money from online casino games in the USA
    Online casino games offer a way to wager real money. However, casino games may take งานออนไลน์ an How do I make money from online casino games in the USA?What are the best online casino games for USA?

    BalasHapus